Annyeonghaseyo, Chingudeul!
Tak terasa kita sudah sampai di penghujung bulan kedua pada tahun ini. Semoga Chingudeul selalu dalam keadaan sehat dan bahagia, ya.
Untuk semua tragedi, akan ada komedi, seperti kata Baek Yi Jin dalam drama “2521”. Dan ingatlah ini jika sedang terpuruk: “this too shall pass”, seperti kata … errr … saya lupa saking banyaknya tontonan, hahaha.
Sekilas Bulan Februari
Bulan Februari adalah bulan penuh cinta. Bulan ini diawali dengan Choi Tae Joon dan Park Shin Hye yang sedang bersiap-siap menjadi papah dan mamah muda, dan disambung dengan berita pasangan BinJin yang akan menyusul (menikah) pada bulan Maret mendatang.
Kalau kamu membaca tulisan ini selain di drakorclass.com, berarti tulisan ini telah dicuri.
Ayooo, siapa yang masih dilanda virus CLoY dan masih belum sembuh darinya? Pengumuman bahagia ini disampaikan Hyun Bin dan Son Ye Jin lewat akun Instagram mereka satu bulan setelah ulang tahun Son Ye Jin yang ke-40. Wah, akhirnya target eonni kesampaian, ya.
Pada bulan Februari netizen masih saja terwooshik-wooshik. Bagaimana tidak, drama “Our Beloved Summer” yang berakhir pada bulan Januari memang one of the kind. Kepribadian Choi Ung dan Kook Yeon Su sampai diulik-ulik oleh Rani Noona di tulisan ini.
Ringan, tapi sarat makna. Ceritanya sederhana, seputar permantanan, dan sangat nyambung dengan pengalaman hidup kita sendiri. Drama ini sangat mengingatkan kita pada “Hometown Cha-Cha-Cha” yang sempat membuat kita terdushik-dushik.
Memang ya, netizen Indonesia itu paling kreatif dalam menamai sebuah drama dan efek yang ditimbulkannya. Masih ingat ‘kan dengan istilah terkiyong-kiyong dan tersongkang-songkang?
Setelah sukses menjadi makhluk setengah monster di “Sweet Home”, balerino di “Navillera”, dan playboy cap kupu-kupu di “Nevertheless”, Song Kang kembali sebagai forecaster di drama terbarunya dengan tante noona Park Min Young dalam drama “Forecasting Love and Weather”, atau drama BMKG, kata Indo-netz.
Ah, Song Kang ini memang meresahkan. Empat orang ahjumma sampai khusus membahas kedashyatan aktingnya (atau ketampanannya?) dalam podcast berikut ini:
Para pecinta genre lain, don’t worry be happy, bulan Februari tidak hanya untuk drama bergenre komedi-romantis, kok, drama bergenre hukum dan kriminal juga mendapat porsi yang banyak pada bulan ini.
Netflix kembali menggebrak dengan series-nya yang singkat (hanya 10 episode seperti “Move to Heaven”), padat (konflik cepat bergulir dan tidak menye-menye di perkenalan tokoh), dan para aktor veteran yang sudah terbukti kemampuan aktingnya.
“Juvenile Justice” dibintangi oleh Kim Hye Soo, Kim Mu Yol, Lee Sung Min, Lee Jeong Eun sebagai para hakim di sistem peradilan Korea Selatan untuk mengadili dan merehabilitasi para pelanggar hukum yang berusia di bawah umur legal.
Kim Hye Soo di sini masih saja sesingset dan secadas penampilannya di film “The Thieves” (2012). Ini adalah kali pertama saya melihat Kim Mu Yol berakting sebagai protagonis setelah sebelumnya sukses membuat ngeri di film “Forgotten” (2017) yang dia bintangi bersama Kang Ha Neul.
Siapa yang tidak ingat Lee Sung Min sebagai Team Leader Oh Sang Sik di drama “Misaeng” (2014) dan Lee Jeong Eun sebagai ibu mantan hakim yang menjadi dosen yang mengayomi para mahasiswanya di drama “Law School” (2021)? Kamu yang terkimbum-kimbum pasti sudah menonton drama ini.
Kesan pertama menonton “Juvenile Justice” begitu menagih. Seperti banyak drama Korea lain yang diinspirasi oleh kisah nyata, episode pertama “Juvenile Justice” dibuka dengan kasus pembunuhan sebenarnya yang membuat ngeri dan miris. Amit-amit jika itu terjadi pada kita.
Akan tetapi, para penegak hukum memang tidak menempuh jalan hidup yang mudah. Mereka sering diliputi oleh kecemasan, rasa bersalah, ketakutan, dan segudang emosi negatif lainnya. Belum lagi kesulitan untuk menjalani kehidupan yang normal bersama keluarga.
“Through the Darkness” yang dibintangi oleh Kim Nam Gil memulai part ke-2-nya pada tanggal 26 Februari lalu. Drama ini berkisah tentang departemen pertama di kepolisian Korea Selatan yang menganalisa behavior para kriminal. Departemen ini juga melahirkan para profiler kriminal pertama di negara itu.
Kwon Il Yong adalah profiler kriminal pertama pada tahun 2000 yang mulai bekerja karena kasus “Raincoat Killer”, yang film dokumentasinya digarap oleh Netflix. Perjalanan kariernya menjadi landasan dan inspirasi bagi karakter Song Ha Young (Kim Nam Gil) dalam drama ini.
Kim Nam Gil memang aktor dengan rentang kemampuan akting yang luas. Uniknya, di film “Memoir of A Murderer” (2017) yang diangkat dari novel karangan Kim Young Ha yang berjudul sama, Kim Nam Gil berperan sebagai seorang tersangka pembunuhan berantai.
Kamu bisa menyimak ulasan film “Memoir of A Murderer” berupa guest post dari Fenira dalam tulisan ini. Undangan untuk menulis guest post untuk blog Drakor Class selalu terbuka lebar, Chingudeul. Selain tulisan dari Fenira, ada juga guest post dari Andi Dinata yang mengulas drama “Bulgasal: Immortal Souls”.
Drama Korea memang rentan dengan ending yang bikin blah para penggemarnya. Dimulai dengan konflik dengan ritme yang pas, plot twist yang bikin tercengang, tapi nggak finishing strong. Simak penjelasan Andi Dinata di tulisan tersebut, ya.
Inti dari Bulan Februari
Ada dua drama yang hendak saya soroti khusus pada penghujung tulisan ini, yaitu “2521” dan “39”. Dua drama dengan judul berupa angka (dalam bahasa Korea dan bahasa Inggris) adalah dua drama yang mencakup satu generasi dalam dua kurun waktu yang bertolak-belakang.
Drama “2521” dibintangi oleh Nam Joo Hyuk dan Kim Tae Ri adalah drama dengan setting pertama tahun 1998. Jika “Reply Series” membangkitkan kenangan nostalgia mereka yang lahir pada tahun 1970-an, maka “2521” adalah untuk mereka yang lahir 10 tahun kemudian.
Iya, ini merujuk pada angkatan saya yang masih mengalami jeans gombrong, tape-radio boombox, pinjem komik pake rebutan di tempat rental komik, dan krisis moneter yang meluluhlantakkan dunia 24 tahun lalu.
Enam episode pertamanya masih sukses bikin penonton mesem-mesem sendiri. Akting Kim Tae Ri memang selalu di atas ekspektasi dan dia bisa mengarahkan Nam Joo Hyuk sebagai hoobae yang belum terlalu lama menjadi aktor.
Kontras dengan drama “2521” tentang masa muda dan semua asam-manis kehidupan remaja yang beranjak dewasa, drama “39” adalah tentang mereka yang sudah separuh baya, mapan, dan masih saja galau memikirkan hidup, cinta, dan persahabatan.
Alur cerita dalam drama ini berjalan mundur dari masa kini ke masa lalu. Spoiler alert, karakter yang diperankan oleh Jeon Mi Do pada akhirnya akan meninggal. Para penggemar “Hospital Playlist” adakah yang ikut baper seperti saya menilik karakter Mi Do di sini?
Sebuah narasi oleh Son Ye Jin di awal episode pertama membuat saya dan teman-teman yang seumuran bertahan menonton drama ini meskipun alur dan konfliknya yang pijulideun.
Males ke acara nikahan, males ke ulang tahun anak teman, tapi pasti datang ke acara pemakaman.
Iya, umur 39 memang umur yang sepertinya sudah waktunya untuk mulai berpikir tentang kefanaan manusia. Ketika para remaja di drama “2521” optimis akan masa depan dan kesempatan, para orang dewasa di drama “39” mengajarkan bahwa hidup ini terlalu singkat dan kesempatan yang sudah lewat tidak dapat diraih kembali.
Mari Bergabung
Punya pendapat sendiri tentang drama-drama yang saya sebut di atas? Mari bergabung sebagai penulis guest poster untuk blog Drakor Class. Pembaca kami mencapai angka 7.000 orang per bulan dan tulisan yang kami unggah memiliki tema beragam. Temukan pembaca tulisanmu bersama komunitas kami.
Syaratnya mudah saja:
Kami tunggu tulisanmu, ya. Tetap jaga kesehatan, tetap bahagia dan terhibur oleh karya sinematik dari Korea.
Penulis novel dan cerpen dalam bahasa Inggris.
Penggemar filsafat, traveling, taekwondo, piano, buku, film, dan tentu saja drama Korea.
rijotobing.wordpress.com
Tinggalkan Balasan