Saya adalah penggemar cerita bertema survival karena keseluruhan kisah adalah konflik. Menonton film/serial dengan tema seperti ini tidak akan menyesal karena waktu yang dipakai tidak sedikit.
Beberapa film/serial drama yang saya tonton antara lain Resident Evil, Silent Hill, Kingdom, WorldWarZ, I am Legend, Bird Box, Silence, A Quiet Place dan semacamnya sehingga serial Sweet Home ini menarik minat saya untuk menontonnya.
Kesan Awal dari Sweet Home
Episode pertama dibuka dengan scene klimaks yang nanti akan ditemukan pada episode ke-10. Sebuah scene dengan elemen visual yang sangat ramai. Set berantakan, darah yang mengering, baju compang-camping, monster-monster dan cahaya spot light ditengah malam yang sedang bersalju.
Selain visual yang menyibukkan mata, suara gemuruh helikopter yang droning dan tembakan senapan pasukan tim elite ke arah sesosok karakter yang terus berjalan sambil menerima tembakan membuat scene ini mudah ditebak sebagai titik klimaks. Setelah itu suasana seketika menjadi tenang saat plot ditarik mundur ke titik awal.
Sebelum semua kekacauan itu terjadi, rumah susun yang padat penghuni itu mulanya normal. Situasi lingkungan baik-baik saja dan hubungan antar penghuninya yang tidak saling kenal digambarkan secara lumrah meski tinggal di lorong sempit yang sama.
Lalu secara perlahan-lahan keanehan-keanehan dimunculkan hingga monster pertama diperkenalkan. Akibatnya konflik sosial tidak terelakkan karena food rationing, ketidakpercayaan, keserakahan dan gesekan kepribadian (antar cewek).
Semua itu gambaran naluri manusia untuk mempertahankan diri.
Highlight dari Sweet Home
Beberapa highlight dari Sweet Home yang menarik perhatian saya:
- Drama ini memberikan sesi pengenalan latar belakang dari setiap karakter dengan lengkap untuk satu tujuan yaitu membuat penonton memahami alasan logis dari tindakan dan/atau luapan emosi yang merupakan bentukan dari latar belakang yang kelam. Bagi saya yang lebih menyukai jalur cerita progresif, alur maju-mundur (jauh) untuk setiap karakter membuat alur utama terseret.
- Terlalu banyak adegan percobaan dan/atau suicide yang sangat menganggu dan diulang-ulang. Kecuali setiap pengulangan sutradara mengungkap penyebab baru.
- Infeksi ditunjukkan dengan mimisan yang ‘ngocor’. Hidung tidak memiliki pembuluh darah yang besar seperti di pangkal paha atau area di bawah lengan sehingga darah bisa mengucur deras saat pembuluh darah itu pecah. Jika aliran darah yang keluar seperti yang digambarkan itu nyata, maka orang akan langsung pingsan karena darah ke otak langsung berkurang secara drastis akibat pasokan darah ke kepala tiba-tiba vented-out ke hidung.
- Monster-monster yang ditampilkan diduga terinspirasi dari film-film sebelumnya:
- Monster 1: Human sucker –> Mummy I & II – Imothep yang menghisap manusia sampai kering
- Monster 2: Sharp Ear –> Creature di Silence/A Quiet Place
- Monster 3: Cyclop –> The One Eye Guy of Man in Black
- Monster 4: Big Guy with Joker-like lips –> Tyrant of Resident Evil
- Monster 5: Arachnid –> Scarlett of Silent Hill
- Monster 6: Flash –> Justice League: Cyborg
- Monster 7: The Fly Guy –> saya tidak menemukan referensi
- Monster 8: Sand Guy (Spiderman 3) dan Mystique X-MEN
- Sutradara memberikan switch on/off untuk membuat suasana dari rileks ke tegang, yaitu saat golden hour (saat petang sekitar pukul 17:30-18:30), saat monster bangun dan aktif.
- Embedded story yang menambah derajat kerumitan konflik walau tidak berkontribusi ke “story bridge”
- The hunt for kids abductor.
- Life-saving conflict: Operasi usus buntu tanpa anestesi
- Outlaws invasion
Penutup
Sweet Home bergerak dari kesan horror-survival menjadi drama dengan kisah haru. Semua karakter tidak ada yang tidak menangis. Violence dan gore sangat banyak dan cukup disturbing.
Monster-monster yang muncul hanya sebagai bentuk problem saja, tetapi belum ada clue tentang penyebab masalah. Screen play sudah mengarah ke Hollywood. Episode ke-10 selesai dengan sekumpulan human survivors dan monster survivor.
Apakah saya nonton Sweet Home S2 lagi Januari 2021? Jawabannya: saya menunggu Kingdom Season 3.
Founder COLAB Coding School and Published Author
Tinggalkan Balasan