Do Hyun Soo (Lee Joon Gi) yang menikahi seorang detektif dan mempunyai seorang putri yang cantik, menyembunyikan masa lalunya yang kelam. Istrinya Cha Ji Won (Moon Chae Won) akhirnya menemukan bahwa suaminya telah mengambil identitas orang lain yang sebenarnya adalah pembunuh berantai. Orang lain itu sesungguhnya telah berkolaborasi dengan almarhum ayah Do Hyun Soo, yang juga adalah seorang pembunuh berantai.

Ketika Ji Won dan timnya menyelidiki kasus pembunuhan berantai tersebut di atas, kasus itu membawa mereka ke suami dari korban terakhir pembunuhan berantai yang tubuhnya belum ditemukan. Melalui pergumulan batin yang sangat berat, akhirnya Ji Won dengan sepenuh hati menerima nasib menyakitkan suaminya. Ji Won juga mendukung keinginan suaminya untuk tidak kembali ke identitasnya sebagai anak seorang pembunuh.
Namun, sangat disayangkan mimpi Do Hyun Soo tersebut segera sirna karena pemilik identitas sesungguhnya telah kembali sadar dari koma sekian lama waktunya akibat tikaman ibu kandungnya sendiri setelah mengetahui kelainan dan kejahatan yang dilakukan anaknya. Seiring dengan waktu, Hyun Soo dan Ji Won bekerja sama untuk melindungi cinta dan keluarga mereka.
Do Hyun Soo diperhadapkan pada penilaian publik yang tidak adil karena berstatus sebagai seorang anak dari seorang pembunuh berantai, menyetujui untuk mengambil identitas baru sebagai Baek Hee Sung. Kemampuan kognitifnya yang sempurna membuatnya mudah untuk menjalani kehidupan normal yang berbeda dari sebelumnya. Namun, ketika kebohongan yang telah dia jalin selama bertahun-tahun terbongkar, dia berjuang untuk membuat rasionalisasi yang tepat.
Untungnya Cha Ji-won telah sepenuh hati menerima semua kekurangan suaminya. Do Hyun Soo telah berhasil menarik simpati para penonton. Mimpinya hanyalah memiliki kehidupan normal, tidak dikaitkan dengan reputasi almarhum ayahnya yang terkenal kejam. Akan tetapi, patut diketahui bahwa hal itu bukanlah jalan yang mudah baginya terutama karena identitas palsu yang Do Hyun Soo ambil sangatlah kompleks. Ada adegan yang sangat menyayat hati, yaitu ketika dia berkata kepada Ji Won bahwa yang dia inginkan hanyalah hidup sebagai Baek Hee Sung, bukan sebagai Do Hyun Soo, anak seorang pembunuh.
Unsur Berseberangan di The Flower of Evil
Drama ini sangatlah menarik, dikemas dalam harmonisasi antara cinta dan kebencian antara orang tua dan anak, suami dan istri, dibarengi dengan ketegangan-ketegangan yang tidak terduga, sesuai dengan judulnya “Flower of Evil”. Ada dua unsur yang berseberangan, tetapi selalu muncul berdampingan, yaitu: kejahatan dan kebaikan, negatif dan positif.
Hal ini layaknya kehidupan dalam dunia nyata, ada suka dan duka, ada tawa dan tangis, yang mewarnai kehidupan setiap orang. Kejutan yang tidak diundang datang secara tiba-tiba tanpa bisa dielakkan. Ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari drama tersebut yang mencakup pendidikan, penghakiman, dan pernikahan.
Dinamika orang tua dan anak
Kesukesan seorang anak, baik dalam “market place” ataupun dalam masyarakat serta rumah tangga, tidak hanya bergantung pada respon anak tersebut, tetapi juga pendidikan orang tua dalam keluarga, serta pendidikan guru di sekolah. Dimulai dari Baek Hee Sung. Orang tua Baek Hee Sung yang sukses ternyata gagal dalam mendidik anaknya, sehingga anaknya berkompromi dengan kejahatan pembunuhan berantai dengan almarhum ayah Do Hyun Soo.
Orang tua Baek Hee Sung terlalu sibuk dengan rutinitas mereka sehari-hari, sampai-sampai tidak bisa mendeteksi adanya kelainan psikis Baek Hee Sung sejak dini, bahkan pergaulan Baek Hee Sung dengan almarhum ayah Do Hyun Soo yang adalah seorang pembunuh berantai. Pendidikan orang tua dalam keluarga memegang peranan sangat penting karena orang tua adalah role model bagi anak-anak. Tindakan dan teladan orang tua akan berbicara lebih banyak ketimbang perkataan, nasehat, ataupun perintah. Untuk itu, dibutuhkan komunikasi yang intensif dan quality time bersama anak guna memahami dan mengarahkan anak-anak untuk meraih cita-cita mereka.
Teladan guru dan pengaruh lingkungan
Selain itu, pendidikan guru di sekolah juga memegang peranan yang sangat penting. Nilai IQ dan EQ haruslah seimbang. Teladan guru di sekolah akan memberikan impresi yang mendalam bagi anak-anak, sebuah warisan yang tidak ternilai harganya. Tidak hanya teladan guru di sekolah, namun juga waktu dan perhatian guru atas anak didiknya sehingga kenakalan remaja dapat teratasi sejak dini.
Sejak remaja di sekolah, Do Hyun Soo sering dirundung oleh teman-temannya, namun tidak ada guru yang mengetahui atau peduli bahkan menindaklanjuti hal tersebut di atas. Trauma masa lalu Do Hyun Soo juga menjadi salah satu faktor pertumbuhan mentalnya pada saat dewasa bahkan setelah berumah tangga.
“Never judge a book by its cover.”
Janganlah menghakimi seseorang karena penampilannya. Banyak orang mendapatkan label tertentu hanya karena keluarganya mengalami suatu hal yang buruk sehingga membuat kesimpulan-kesimpulan tertentu tanpa adanya pendalaman atau pengenalan lebih lanjut. Hal ini sangatlah kejam dan tidak adil karena bisa mempengaruhi pertumbuhan jiwa seseorang bahkan masa depan serta nama baik ataupun reputasi orang tersebut.
Do Hyun Soo dikucilkan oleh warga di sekitar tempat ia tinggal karena Do Hyun Soo adalah anak sorang pembunuh berantai. Alangkah baik dan indahnya apabila hidup bersama dengan rukun, saling mendukung, menopang, mengisi, dan melengkapi satu dengan lainnya. Dunia saat ini sangat membutuhkan simpati dan empati, bukan antipati. Tidak ada kontes apapun di dunia ini yang memberikan hadiah kepada para kritikus.
Pelajaran dari The Flower of Evil
Nilai moral yang bisa dipelajari berikutnya adalah pernikahan. Pernikahan merupakan hal yang sangat serius, sehidup semati selamanya. Untuk itu, sebelum menikah diperlukan waktu untuk mengenal dan menjajaki pasangan yang akan dinikahi. Meluangkan waktu untuk berkomunikasi adalah sangat penting. Dibutuhkan kejujuran dan keterbukaan pada saat berkomunikasi dua arah.
Memilih pasangan tidaklah seperti memilih kucing dalam karung, tapi harus diketahui terlebih dahulu bibit, bobot, dan bebetnya, karena keputusan yang diambil saat ini sangatlah menentukan masa depan generasi berikutnya. Setiap keputusan yang diambil memiliki resiko dan konsekuensi entah baik ataupun buruk, dibutuhkan pertimbangan yang sangat matang.
Dan apabila pada akhirnya ternyata pasangan yang dinikahi memiliki kelemahan atau kekurangan, hendaknya diterima apa adanya serta bertanggung jawab sepenuhnya atas keputusan yang diambil demi kebaikan dan kepentingan bersama. Pada saat Ji Won menikah, jarang ditemukan percakapan detail tentang katar belakang keluarga masing-masing.
Perlu diketahui bahwa pernikahan layaknya sebuah bangunan yang perlu dibangun di atas fondasi yang sangat kuat, yaitu: saling percaya dan komunikasi yang intensif. Kedua hal ini memerlukan waktu dan proses pembelajaran seumur hidup sampai akhir menutup mata.
Ji Won sempat terkejut pada saat menemukan bahwa suaminya adalah anak seorang pembunuh berantai yang sedang diselidiki oleh dirinya dan timnya. Meskipun akhirnya Ji Won dapat menerima Hyun Soo apa adanya, serta terjadi pemulihan rumah tangga, namun tetap ada harga yang harus dibayar. Masa depan dan nama baik putri, dan hal lainnya.
Hal inilah yang membuat drama “Flower of Evil” sangat menarik karena sampai akhir cerita tidak dilukiskan secara pasti akhir kehidupan rumah tangga atau keluarga mereka, sehingga memberikan ruang bagi para penonton untuk berpikir dan berimajinasi, entah ke arah baik atau buruk.

Akhir kata, drama ini sangatlah kaya dalam pembelajaran nilai-nilai dalam keluarga dan rumah tangga. Penasaran? Jadi tunggu apa lagi, simak dan tonton hingga tuntas!
Lusy Rustam, lahir di Surabaya pada tahun 1979 dan menempuh pendidikan S1 di Taiwan dan S2 di Inggris. Saat ini bekerja di sebuah perusahaan China di Cikarang
Tinggalkan Balasan