Annyeong Chingudeul!
Ketika memutuskan menonton film atau drama, apakah kalian punya kecenderungan menghindari cerita sedih? Atau yang berakhir sedih? Saya perhatikan, beberapa drama romantis di 2021 ini ada yang mengalami penurunan rating ketika mulai ada gejala akhir cerita mengarah kurang bahagia.
Saya termasuk yang menghindari melodrama yang menguras air mata, walaupun terkadang saya bisa bertahan menonton genre melodrama yang banyak pelajaran hidup di dalamnya.
Dengan alasan yang sama, saya belum jadi juga menonton Move to Heaven. Padahal, semua orang bilang ceritanya bagus banget dan tidak sedih-sedih banget. Perhatikan, di sini saya memakai kata belum, karena masih ada niat menontonnya sih, walau entah kapan.
Saya juga tidak menonton jenis drama yang memberi roller coaster emosi seperti Penthouse atau genre perselingkuhan lainnya. Drama thriller juga sudah mulai saya tinggalkan. Setelah menonton sekian banyak serial Amerika thriller, rasanya saya merasa cukup dan tidak ingin lagi melihat drama yang bikin tegang dan merasa jadi jahat.
Bisa ditebak, kalau genre tontonan saya ya romantis comedy. Drama yang manis dan gak terlalu banyak mikir, tapi tentu saja masih banyak hal positif yang bisa diambil dari dalamnya.
Daftar Isi
Tren Drakor Romantis Rasa Melodrama
Tahun 2021 ini, tontonan saya tidak terlalu banyak pilihan. Beberapa romcom yang saya tonton belakangan ini pun tiba-tiba terasa bernuansa melodrama. Saya melihat, penulis cerita Korea sedang berusaha mengeksplorasi gaya bercerita baru, di mana akhir dari sebuah cerita cinta tidak selalu happy ending.
Setiap kali mengikuti drama ongoing, saya jadi merasa deg-degan dengan akhir yg mungkin saja menjadi sedih. Banyak teman saya yang tidak menyelesaikan menonton ketika tahu akan adanya kemungkinan berakhir sedih. Ternyata banyak yang punya prinsip kdrama harus berakhir bahagia.
Saya pun mulai mengerti kenapa banyak yang suka mencari spoiler terlebih dahulu, atau menunggu drama selesai tayang. Kebanyakan memang tidak suka dengan drama yang tidak berakhir bahagia.
Setidaknya ada 3 drakor romantis yang mengalami penurunan rating sejak ceritanya terasa seperti melodrama.
Oh! Master
Drakor Oh! Master atau Oh My Lady Lord yang bercerita tentang seorang penulis naskah thriller dan artis romcom yang terpaksa tinggal serumah ini bergenre romcom. Pemerannya bintang ternama seperti Lee Min Ki dan Nana, aktingnya juga cukup menarik. Beberapa episode pertama berjalan cepat dan saya sangat terhibur.
Akan tetapi, drama ini mengalami penurunan tajam di episode 12, setelah pada episode 11 terungkap kalau ada kemungkinan drama ini tidak berakhir bahagia.
Walaupun banyak yang meninggalkan drama ini karena nuansa melodrama dan gelagat ending tak bahagia, saya tetap menonton sampai akhir.
Saya cukup suka dengan ending dari drama Oh! Master ini. Saya merasa drama ini punya pesan yang sangat mendalam. Sayang sekali ada bagian yang bikin penonton kabur sebelum sampai ke akhir.
Doom at Your Service
Drama ongoing yang baru tayang 10 episode ini memang bukan drama romcom, tapi lebih ke romantis fantasi. Dari episode pertama Doom at Your Service, sebenarnya sudah ada indikasi kalau cerita drama ini akan sedih dan filosofis.
Cerita seorang yang divonis hanya punya sisa umur 100 hari (diperankan oleh Park Bo Young), bertemu dengan malaikat penghancur (diperankan Seo In Guk). Masih berharap bahagia? Bisa dilihat kalau ratingnya mengalami tren yang mirip dengan rating drama Oh! Master.
Eh tapi, saya masih belum tahu bagaimana drama Doom at Your Service ini akan berakhir. Yang pasti, saya masih akan setia menunggu episode lanjutannya, walaupun tahu kemungkinannya akan semakin melodrama.
My Roommate is a Gumiho
Drama My Roommate is a Gumiho ini bergenre romcom dan baru ada sekitar 6 episode. Saya cukup terhibur dan merasa banyak adegan lucu di beberapa episode awal. Interaksi dari Lee Hyeri yang tidak jaga image dan Jang Ki Yong dengan tatapan tajamnya dalam drama ini juga cukup bisa membuat aura gumiho terwakili.
Tapi, kalau melihat dari cerita legendanya, ada kemungkinan drama ini pun akan berakhir tidak bahagia. Misteri yang terjadi kalau nantinya kelereng gumiho dikeluarkan dari tokoh wanitanya ini sepertinya tidak akan berakhir bahagia. Kemungkinan si gumiho gagal jadi manusia juga ada.
Terlepas dari rating ataupun legenda, salah satu teman sekelas di podcast Drakor Class masih opitimis memprediksikan kalau My Roommate is A Gumiho ini akan berakhir bahagia.
Karena sudah dimulai dan cukup suka dengan visualisasi dari drama ini, saya akan bertahan menonton drama ini sampai episode terakhir. Semoga saja prediksi teman saya benar dan drama ini bisa diberi akhir yang bahagia.
Dilema penulis memberi akhir yang bahagia
Dalam drama Doom at Your Service, ada percakapan yang memberi sedikit petunjuk kenapa terkadang kisah cinta tidak berakhir bahagia.
Jadi memang, ada dilema bagi penulis bagaimana memberi akhir yang bahagia. Penulis harus memlih memberi akhir bahagia untuk tokoh protagonis, atau untuk penonton.
Dari potongan percakapan di atas ini, saya mulai menyadari kalau terkadang drama berakhir bahagia itu bisa dilihat dari sisi lain. Bukan dari sisi penonton yang ingin semua baik-baik saja.
Sebenarnya tidak semua drama berakhir tidak bahagia itu jelek loh. Rating merosot itu jelas karena sebagian besar orang tidak suka dengan sad ending.
Kenapa penonton tidak suka sad ending?
Ada beberapa alasan kenapa penonton (termasuk saya) tidak suka cerita sedih:
- Saya sulit merasa terhibur ketika menonton cerita sedih. Hidup ini sudah banyak masalahnya sendiri, rasanya enggan menambah pikiran dengan masalah dari tontonan yang seharusnya menjadi hiburan.
- Sebagai penonton, saya ingin menikmati kebahagiaan sesaat dari tontonan (melarikan diri dari kenyataan?)
- Merasa sia-sia nonton 16 episode kalau akhirnya tidak sesuai harapan (padahal serial amerika 10 season juga sering berakhir tragis).
Tidak suka bukan berarti saya tidak akan menonton drama sedih atau yang berakhir sedih sama sekali ya. Toh pada akhirnya saya malah bisa belajar banyak dari drama yang berakhir sedih.
Beberapa drama sad ending lebih baik daripada happy ending yang dipaksakan
Ini kesimpulan saya setelah menonton beberapa drama happy ending yang cuma 5 menit. Kebahagian yang cuma 5 menit di akhir episode terasa jadi kebahagiaan semu dan tidak realistis.
Jadi penulis itu tidak mudah, mereka harus memuaskan banyak orang. Sebagai penonton yang tidak bisa menulis naskah fiksi, sekarang ini saya berusaha menikmati saja cerita yang ada. Kalau memang tidak siap dengan akhir yang sedih, ya tidak usah dimulai.
Penutup
Ada bayak sekali genre dalam drama Korea, sama saja seperti drama dari setiap negara. Tapi masih banyak yang tidak tahu kalau tidak semua drama Korea itu sama. Banyak yang bikin asumsi semua drakor itu ya drama cinta-cinta nan klise saja.
Nah, kira-kira kalian penonton yang seperti apa? Antusias menonton drama yang sedih atau tegang? Atau cuma cari yang manis-manis seperti saya? Menghindari drama sedih? atau justru menikmati kesedihan yang ada?
Masih akan mengikuti drama Doom at Your Service dan My Roommate is a Gumiho seperti saya? Atau malah berniat berhenti karena tidak siap dengan akhir yang sepertinya tidak bahagia?
Yuk tinggalkan komentar kalian tentang tren drama romantis berubah rasa jadi melodrama ini.
Blogger, Wife, Mom of 2 boys, Homeschooler, Crafter.
Nonton drakor (terutama romcom) untuk hiburan dan mencari ide untuk dituliskan.
Catatan belajar dan hobi tentang menulis, blog, Canva dan Kinemaster bisa dibaca di https://risna.info
Tinggalkan Balasan