Minggu yang lalu, akhirnya menyelesaikan tontonan Oh! Master. Sebenarnya tayangnya hari Kamis kemarin, tapi setelah beberapa episode mengetahui kalau akhir ceritanya akan sedih, ada rasa mulai malas melanjutkannya.
Memang sih, cerita itu menarik bukan hanya dari endingnya saja, tapi dari proses dan cara menceritakannya. Tapi, hidup ini aslinya banyak cerita sedihnya, rasanya kok ya sulit mencari hiburan dari cerita sedih juga?
Daftar Isi
Spoilers Alert
Anyway, kalau ada yang pengen tahu ceritanya berakhir bahagia atau sedih, jawabannya sedih. Tapi… drama ini menarik untuk disimak sampai akhir walaupun sudah tahu akhirnya sedih.
Kalau ingat dengan cerita Kim Woo Bin dan Bae Suzy di Uncontrollably Fond, yang juga sudah tahu bakal sedih dari awal tapi tetap ditonton. Nah drama ini tuh masih lebih banyak bagian yang menyenangkannya sebenarnya, dan jalan ceritanya juga cukup menarik.
Seperti sudah pernah dituliskan, kisah ini tentang seorang penulis genre thriller dan horror yang kemudian jatuh cinta dengan seorang pemain drama romcom. Dengan alasan yang dibuat masuk akal, mereka tinggal serumah dan tentu saja awalnya seperti anjing dan kucing, lalu seperti halnya drakor lainnya, mereka jatuh cinta.
Tunggu dulu, ceritanya bukan sesederhana itu. Ternyata, ibu mereka sama-sama sakit. Ibu si aktris tinggal di rumah perawatan orang tua karena dia mengalami penurunan ingatan akibat alzheimer. Ibu si penulis seorang kepala rumah sakit yang ternyata mengidap kanker. Tapi sebagai dokter, dia tidak mau menjalani kemoterapi, dia mau menikmati saja sisa hidupnya dengan tenang.
Ceritanya lagi-lagi tidak sesederhana itu, karena ibu mereka ternyata pernah bersahabat baik. Ada kejadian yang membuat mereka tidak saling berkomunikasi. Akan tetapi sejak ibu si penulis sakit, dia bertekad untuk mencari kembali sahabat-sahabatnya di masa muda. Tentunya, karena ibu si aktris sudah tidak mengingat banyak hal, dia menerima sahabatnya dengan tangan terbuka. Dia hanya ingat hal-hal yang baik saja dan malah tidak merasa mereka pernah tidak berkomunikasi lagi.
Salah satu sahabat dari kedua ibu ini adalah seorang yang memiliki toko piringan hitam. Lagi-lagi tentunya harus ada hubungan diantara semua tokoh, karena si pemilik toko piringan hitam ini ternyata merupakan teman dari si penulis yang rumahnya dekat dari rumah si penulis.
Tenang saja, ceritanya sebenarnya tidak rumit, tapi kalau diceritakan sekaligus di sini, kesannya hubungannya rumit. Baiklah, langsung ke titik bagian yang membuat saya merasa drama ini layak ditonton walaupun sudah tau endingnya sedih.
Ada banyak kutipan bermakna tentang kehidupan dari drama ini
Waktu menontonnya saya rasanya ingin mengutip berbagai scene, tapi tentu saja saya harus kembali lagi ke scene tersebut untuk bisa mengutip yang benar. Akan kembali ke bagian ini kemudian.
Ini salah satu yang sudah pernah diupload ke Instagram Drakorclass
Pelajaran tentang persahabatan
Persahabatan antara Oh Ju In dengan Yujin tidak rusak karena cinta ditolak. Yu Jin tetap menjadi sahabat yang baik dan mendukung pilihan sahabatnya. Walaupun saya tidak yakin ada orang yang tetap menerima orang yang dia suka tidak memilihnya kembali dan tetap menjadi sahabat, di drama ini digambarkan kalau mereka tetap bisa bersahabat baik.
Persahabatan antara mama penulis dan si pemilik toko piringan hitam juga cukup hangat. Apalagi di masa tuanya, di saat mereka masing-masing sudah menjalani pahit manisnya hubungan percintaan dengan orang lain. Oh jangan khawatir, tidak ada cerita cinta lama bersemi kembali di drama ini. Walaupun ceritanya mereka ternyata sama-sama pernah saling naksir di masa mudanya.
Persahabatan antara mama si penulis dan si aktris juga tidak kalah menarik. Bagaimana terkadang penyakit alzheimer bisa membuat orang tidak ingat dengan kesalahan teman dan hanya mengingat yang baiknya saja.
Pelajaran tentang cinta
Cinta itu datang dari terbiasa. Bagaimana 2 orang yang awalnya terlihat selalu ribut, akhirnya bisa melihat karakter yang sesungguhnya dibalik apa yang ditampilkan.
Proses awal mereka saling tertarik juga digambarkan cukup perlahan, walaupun ditengah ada bagian yang saya kurang suka, ketika salah satu menarik diri dari hubungan karena merasa tidak ingin membuat yang lain sedih.
Cinta antara ibu dan anak juga cukup digambarkan dalam drama ini. Walaupun bagian ini agak terasa aneh karena si penulis memanggil ibunya dengan nama.
Untuk hubungan si aktris dan ibunya juga tidak mudah, ceritanya si ayah sudah tidak ada sejak dia kecil dan karena penyakitnya, terkadang si ibu lupa kalau suaminya sudah tidak ada lagi, malah pernah nih dia berpikir si penulis adalah suaminya.
Terkadang juga ibunya tidak mengenali si aktris sebagai anaknya. Pada saat inilah hubungan antara si penulis dan aktris menjadi cukup dekat.
Si penulis yang terlihat angkuh dan sombong, ternyata cukup peduli untuk mau saja berpura-pura berperan sebagai suami dari si ibu. Lalu ketika si aktris bersedih karena ibunya tidak mengenalnya, dia bisa memberikan saran untuk menggunakan kemampuan aktingnya supaya berpura-pura saja sebagai orang lain.
Pelajaran tentang menjadi penulis
Karena tokoh utama pria dari drama ini adalah penulis, secara tidak langsung jadi bisa melihat kehidupan penulis drama yang kejar tayang. Bagaimana para penulis ini juga terkadang ikut berperan dalam menentukan siapakah yang akan menjadi bintang utama drama yang dia tulis.
Drama ini juga menceritakan kalau terkadang naskah drama itu belum selesai ketika produksi dimulai. Atau bahkan kadang-kadang ceritanya bisa berubah banyak kalau pihak yang mengajak kerjasama meminta.
Cara si penulis memakai pengalaman kehidupan nyata menjadi naskah juga cukup menarik, termasuk cara dia mencoba memikirkan akhir bahagia dari kisah hidupnya sendiri. Tentu saja semua suka kisah bahagia, tapi hidup ini terkadang butuh cerita yang lebih masuk di akal daripada kebahagiaan yang too good to be true.
Penutup
Drama ini merupakan drama Lee Min Ki ke -3 yang saya tonton. Dari 3 drama yang saya tonton, saya bisa ambil kesimpulan kalau Lee Min Ki ini suka berperan menjadi orang yang kaku dan cerita dramanya selalu ada bumbu melodrama. Tapi dari semua drama tersebut, saya seperti diajak untuk lebih memaknai hidup dan tetap bersyukur dengan waktu yang diberikan.
Walaupun rating drama ini anjlok karena tidak banyak yang suka dengan kisah sedih, tapi saya bersyukur tidak berhenti ditengah jalan menonton drama ini. Sesekali kisah berakhir sedih asal diceritakan dengan baik, ternyata bisa cukup berkesan juga kok.
Blogger, Wife, Mom of 2 boys, Homeschooler, Crafter.
Nonton drakor (terutama romcom) untuk hiburan dan mencari ide untuk dituliskan.
Catatan belajar dan hobi tentang menulis, blog, Canva dan Kinemaster bisa dibaca di https://risna.info
Tinggalkan Balasan