Annyeonghaseyo, Chingu!
Apa kabar, Chingudeul? Selalu sehat dan bahagia, ya!
Well, mau tanya dulu, nih! Drama terbaru apa yang sedang atau baru selesai diikuti oleh Chingu-deul saat ini? Nevertheless? The Devil Judge? You are My Spring? Atau ada yang lain? Silakan jawab dengan lantang ya, tapi di dalam hati aja hihi.

Sip, saya sudah dengar tuh yang hati Chingu sekalian sebut. Wah, macam-macam ya tontonannya. Ternyata setiap orang punya kecenderungan genre yang disukai masing-masing! Ada yang suka dengan visual perang, ada juga yang suka drama kocak yang bisa bikin penat hilang dengan tawa, eh, sebagian lainnya malah penikmat drama yang penuh air mata. Ihiks.
No problem, Chingu! Namanya kesukaan, sesuai preferensi masing-masing aja. Yang suka hal berbau pembunuhan dan darah, bukan berarti orang tersebut psikopat juga, loh, ya! Easy, guys!
Nah, ngomong-ngomong, tadi sempat disinggung tuh kata ‘genre’. Sebenarnya, genre itu apa sih dalam film atau drama? Lalu, kenapa harus ada genre segala ya? Apa sih fungsinya? Terus, genre itu sendiri secara teori ada berapa ya? Yuhu, let’s talk about it, Chingu!
Apa sih GENRE itu?
Genre bisa didefiniskan sebagai suatu klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) seperti setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode, gaya, situasi, ikon, mood, serta karakter. (Pratista. 2008)
Jadi, kita sudah punya gambaran nih, Chingu. Ternyata genre itu merupakan suatu pengelompokan film yang disadarkan pada pola yang cenderung sama. Baik dari segi latar, karakter, cerita, dan temanya. Tuh, kan, kita sekarang sudah paham ya, bahwa genre itu bukan tema, karena tema merupakan salah satu bagian dari parameter penentuan genre itu sendiri. Sip, okey, lanjut!
Kenapa harus ada GENRE segala, dong?
Setelah kita agak mengenal definisi genre itu, timbul lagi pertanyaan. Kenapa harus dikelompokkan atau diklasifikasikan segala, sih?
Jadi, begini, Chingu. Film yang dibuat nantinya harus masuk pada satu atau lebih kelompok genre tertentu. Dengan menjadi bagian dari kelompok tersebut, film ini seperti mendapatkan identitasnya. Dengan identitas itu, sudah tentu penonton akan lebih mudah untuk memilahnya.
Nantinya, pemilahan sesuai identitas film ini menjadi dasar untuk membuat antisipasi terhadap film tersebut. Antisipasi itu ibarat perlakuan terhadap film itu. Misalnya, film MOUSE, deh, kita ambil contoh.

Film MOUSE ini kental sekali dengan kekerasan dan tindak kriminal. Secara genre, MOUSE dapat diklasifikasikan ke dalam film dengan genre KRIMINAL. Nah, dengan predikat itu, kita bisa ambil disclaimer, nih. Misalnya, tidak untuk ditonton anak-anak, tidak disarankan untuk penonton hemophobia (fobia terhadap darah), dan sebagainya.
Jadi, genre ini penting sekali kan, Chingu? Untuk memberikan identitas film sehingga kita bisa lebih mudah memberi perlakuan terhadap film tersebut (semacam jangan nonton Nevertheless saat anak masih melek, haha).
Then, ada berapa banyak GENRE sebenarnya?
Sejauh ini terdapat 11 (sebelas) genre film yang ada di masyarakat:
- Petualangan
- Komedi
- Kriminal
- Drama
- Epik sejarah
- Fiksi ilmiah
- Horor
- Perang
- Fantasi
- Musikal
- Aksi
Namun, pada kenyataannya, suatu film dapat memiliki multi-genre alias beberapa genre dalam satu judul film. Semisal, film seri Korea Selatan The King: Eternal Monarch. Film seri tersebut sangat bersifat drama tetapi mengandung fantasi di dalamnya. Sehingga kita bisa sebut film itu sebagai film dengan genre drama fantasi.
Lebih kompleks lagi, film Hotel Del Luna. Dalam satu film mengandung unsur drama yang kuat, juga horor yang sangat kental, tetapi banyak scene lucu di dalamnya. Hotel Del Luna bisa kita kategorikan sebagai film drama horor komedi.
Nah, dengan genre yang kita nisbatkan kepada film-film tersebut, sangat memudahkan kita untuk memilih film apa yang layak dan sedang ingin ditonton saat ini. Juga, menjadi bahan untuk merekomendasikan film tersebut kepada orang lain yang mungkin masuk dengan kriterianya.
Selain genre tersebut, sebenarnya masih ada lagi sub-genre dari masing-masing genre. Wih, ternyata lumayan banyak juga ya istilah dalam film yang kita tonton sehari-hari itu.
Mungkin banyak yang beranganggapan kalau, ‘Ah, gue sih nonton film tuh, ya nonton aja!’ Pada sadarnya, saya juga begitu, kok, Chingu. Awal mulanya. Hehe.
Namun, tidak ada salahnya loh mengenal lebih dalam dari sesuatu yang kita sukai. Nyatanya, banyak sekali informasi yang bisa diperoleh. Selain itu, bisa untuk referensi juga ketika kita berbincang dengan sesama penyuka hobi tersebut. Jangan sampai, kita mengaku-aku sebagai pecinta film, tapi nyebut jenis genre film yang kita tonton aja masih kurang tepat, hihi.
“Eh, gue lagi nonton It’s Okay to Not Be Okay, nih! Tahu nggak, Lo? Itu, loh, film ber-genre psikologi yang diperanin sama Kim Soo-hyun.”
Eits, coba dicek kembali, adakah film ‘ber-genre’psikologi tersebut? Mungkin maksud Si Gue tadi itu film ‘bertema’ psikologi, ya? Hihi. Happy watching, anyway!
Ibu rumah tangga beranak dan bersuami satu, penyuka kopi dan kata. Nonton Korea juga hobinya. Biasnya tergantung mood, tapi lebih prefer yang matang-matang ranum macem Song Seung-heon. Jelas tetep ga nolak juga kalo ada yang imut lewat sejenis Kim Soo-hyun. Intinya, mata dan hati tak cukup kuat melihat yang glowing korban skincare Korea berikut sentuhan oplasnya. Mamak lemah <3
Tinggalkan Balasan