Kdrama “It’s Okay to Not be Okay” (2020, selanjutnya disingkat IOTNBO) sempat menjadi perbincangan sepanjang 2020 yang lalu. Selain karena ini adalah comeback Kim Soo Hyun (plus rame gara-gara kabar bayaran KSH yang menjadikan doi actor termahal di Korea), juga karena jalan cerita yang unik plus mengedukasi seputar kesehatan mental.
Salah satu keberhasilan IOTNBO ini menurutku adalah dia tidak hanya menjadi suatu tayangan yang menghibur, tetapi sukses mengajak para penonton untuk berproses bersama setiap karakter yang ada.
Pertumbuhan masing-masing karakter digambarkan dengan apik sepanjang 16 episode. Dan sepanjang itu jugalah, saat para karakter berhadapan dengan konflik dan berproses, saat itu juga para penonton – yang terlibat secara emosi –sedikit demi sedikit berproses dan bertumbuh bersama-sama.
1. The main idea
Selain IOTNBO, sebenernya ada drama lain yang angkat masalah mental disability, mental health, dan isu-isu psikologis lainnya, misal It’s Okay That’s Love (SBS/2014).
IOTNBO posisinya sedikit di atas IOTL karena intensitas kasusnya. Hampir semua karakter utama ada psychologically disabled-nya. Masuk akalkah?
Disadari atau tidak, manusia cenderung membawa satu kondisi psikologis dalam hidupnya, yang membedakan adalah manifestasi yang beragam yang sedikit banyak dipengaruhi bagaimana dia mengatasi dan berdamai dengan akar permasalahannya.
Ada mereka yang sadar sungguh bahwa dia tidak baik-baik saja, lalu mulai berproses untuk menyembuhkan diri. Tetapi banyak yang tidak sadar kalau mereka tidak baik-baik saja dan tidak sadar kalau mereka butuh pertolongan. Dalam skala yang jauh lebih menantang, ada mereka-mereka yang denial dan akhirnya membiarkan rasa sakit itu.
2. The Lessons
Psychological healing adalah benang merah dari drama ini. Baik dengan bantuan ahli (seperti Moon Sang Tae/MST), ataupun melalui orang lain di sekitar kita/ peer-to-peer (Moon Gang Tae/MGT & Ko Moon Young/KMY). Dengan cara apapun, kuncinya adalah pada kesadaran dan kemauan diri sendiri.
Sebagaimana Sang Tae yang akhirnya memilih untuk menghadapi butterfly, Gang Tae yang memutuskan untuk menghadapi Sang Tae (adegan ribut kakak beradik ini, duh, mo nangiiiss saking terharu karena mereka akhirnya bisa ribut layaknya saudara kandung pada umumnya), sampai Moon Young yang mengambil keputusan untuk memotong rambutnya. Di samping itu, adanya social support dari orang-orang di lingkar dalam pun sangat signifikan dalam membantu proses ini.
Pelajarannya bagi kita, pastikan kita dikelilingi oleh orang-orang yang:
- menerima kita apa adanya,
- yang mau mendengarkan kita tanpa penghakiman,
- ada buat kita ketika kita membutuhkan mereka,
- mereka yang tidak memaksa kita untuk bercerita kalau kita belum siap (semacem Jae Soo),
- yang diem-diem care meski kadang bungkus luarnya pakai cerewet bin nagging (seperti Sang In yang stres mampus ngurusin keributan-keributan),
- yang membantu kita dalam diam tapi selalu bikin suasana jadi ringan dan ceria (Seung Jae, oh I love Jin-joo!)
3. The Growth
Seperti yang aku tuliskan di atas, perkembangan setiap karakter digambarkan dengan apik. Tim naskah dan produksi IOTNBO perlu dapat credit lebih sih ini. Mereka sukses menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan masing-masing karakter sementara mereka berproses untuk menyembuhkan diri sendiri.
Dan itu digambarkan secara natural, dengan detail-detail yang ga secara langsung berteriak “Hey, aku udah berubah lho!” Smooth and subtle. Banget.
Contoh:
- wardrobe mbak KMY yang makin mendekati ending jadi lebih berwarna, bermain corak.
- Mas ganteng MGT pun facial expression-nya makin ke ending makin yang soft, lebih free dan banyak senyum-senyum mematikan.
- MST oppa sih memang kelihatan banget, misal waktu dia bantuin Pil-Wong si kakek veteran perang yang hampir kolaps waktu di dalem bis,
- ketika Sang-Tae oppa bisa gambar kupu-kupu tanpa takut dihantui traumanya,
- dan di ending ketika dia benar-benar terbang bebas sebagai ilustrator.
Aku banyak baca share teman-teman dunia maya yang mencoba butterfly hug ketika merasa down, self-talk untuk menyalurkan berbagai rasa di hati dan pikiran, dan hitung hana-dul-set sebelum melakukan sesuatu saat lagi emosional.
Buatku, inilah kesuksesan story telling, yaitu ketika pesan yang dibawa akhirnya bisa menyentuh dan menginspirasi siapapun yang mendengar/melihat menjadi lebih baik.
Aku senang karena nonton drama tidak hanya sekedar menonton. Ada drama-drama tertentu yang menyajikan sesuatu beyond tayangan drama itu sendiri, pertumbuhan diri salah satunya.
Baca juga: Kdrama It’s OKay to Not be Okay (alasan kenapa kamu perlu menontonnya)
Semoga ke depannya pun muncul drama-drama lain yang – secara tidak langsung – dapat mengajak para penonton untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Seorang penyuka drakor angkatan Covid-19, selama di rumah saja menjadi pengumpulan kutipan dari drama Korea
Tinggalkan Balasan