Pada awal bulan September tahun ini saya membaca sebuah artikel menarik di situs berita New York Times. Enam bulan setelah pandemi melanda hampir seluruh negara di dunia, kita sudah berhenti menghitung hari, berharap virus Corona akan segera pergi.
Akhirnya by popular demand nytimes.com merilis kembali daftar serial televisi yang mereka rekomendasikan dari tahun ke tahun untuk menemani hari-hari kita selama dikarantina, dan drama Korea “Stranger” Season 1 masuk ke dalam daftar tersebut.
“Stranger” Season 1 masuk ke dalam daftar “Best TV Shows of 2017” karena, quote per quote, “its tight plot, gripping sequences, and strong performances”. Saya yang sudah berlangganan nytimes selama 16 tahun langsung membatin: wah, pasti drakor ini bagus banget sampai bisa dipuji oleh New York Times, sebuah media cetak yang terkenal sangat sulit dibuat terkesan.
Berhubung drama ini ditayangkan pada platform Netflix, maka tanpa ragu saya mulai menontonnya, meskipun ketika itu saya hanya tahu Bae Doona sebagai salah satu cast-nya.
Premis Utama
“Stranger” berkisah tentang seorang jaksa muda bernama Hwang Shi Mok, yang diperankan oleh Cho Seung Woo, seorang aktor teater, musikal, layar kaca, dan layar lebar yang sudah malang-melintang selama lebih dari 20 tahun. Daftar pencapaian-pencapaiannya yang luar biasa dapat kamu baca di sini.
Shi Mok diceritakan memiliki kelainan di otaknya yang menyebabkan ia harus dioperasi ketika masih belia. Operasi itu menyebabkan dia kehilangan rasa empati dan kurang bisa berelasi secara sosial. Sepanjang drakor ini Shi Mok digambarkan sebagai seseorang yang dingin, tidak bisa berbasa-basi, tapi sangat berdedikasi pada pekerjaan dan tugas yang diberikan kepadanya.
Cerita dimulai ketika Shi Mok berkenalan dengan Park Mo Sung, seorang broker yang sering berkeliaran di kantor Kejaksaan Seoul bagian Barat. Park memposisikan diri sebagai penghubung dari berbagai kepentingan: politik, hukum, dan bisnis.
Ia menjalin relasi dan menyediakan entertainment untuk orang-orang penting dari ketiga bidang ini. Ia juga mengerjakan hal-hal kotor yang membuat banyak orang cuci tangan. Ia dibutuhkan sekaligus dibenci oleh semua orang yang pernah berhubungan dengannya.
Park suatu hari mati dibunuh di rumah ibunya dan jasadnya ditemukan oleh Shi Mok yang sedang mencarinya karena penasaran. Shi Mok merasa dia hanya seorang jaksa biasa, tapi mengapa ia didekati oleh seorang broker yang memiliki hubungan erat dengan bosnya, Lee Chang Joon (Yoo Jae Myung), dan rekan kerjanya di kantor yang sama, Seo Dong Jae (Lee Joon Hyuk)?
Shi Mok yang bolak-balik muncul di TKP untuk merekonstruksi kasus pembunuhan itu membuat Letnan Han Yeo Jin (Bae Doona) curiga. Letnan Han bertugas di kepolisian yang menangani kasus itu, satu-satunya wanita dalam tim yang terdiri atas enam orang. Dia seorang yang lembut hati; dia bersedia menampung ibu dari Park yang tidak nyaman kembali ke rumahnya setelah pembunuhan itu.
Premis utama dari Season 1 adalah menemukan siapa pembunuh Park Mo Sung dan apa kaitannya dengan orang-orang yang diperkenalkan sedikit demi sedikit sepanjang drama yang terdiri atas 16 episode ini.
Alur yang Cepat dan Karakter yang Tepat
Ada banyak drama hukum yang sejenis dengan “Stranger” dari sisi tema. Taruhlah “Whisper” (Lee Sang Yoon, 2017), “Pride and Prejudice” (Choi Jin Hyuk, 2017) “Judge vs. Judge” (Park Eun Bin, 2017), dan sebagainya. Walaupun berkutat di pembahasan tentang korupsi nilai moral yang menyebabkan diabaikannya tindak kejahatan, namun “Stranger” sangat unggul di alurnya yang cepat.
Tempo cerita yang dinamis namun tidak terburu-buru sangat ditunjang oleh dialog antar karakter yang terjalin dengan sangat rapi dan seperlunya. Ditambah dengan kepribadian karakter Shi Mok yang tidak tedeng aling-aling, bisa dipastikan semua dialog antara karakter Shi Mok dengan karakter di sekitarnya adalah sangat efisien.
Bersiaplah untuk mengerutkan kening dan berkonsentrasi penuh selama menonton drama ini. Sedikit tidak fokus bisa mengakibatkan kita ketinggalan banyak. Hal ini disebabkan oleh dialog-dialognya yang tidak hanya berisi istilah-istilah hukum, tapi juga silat lidah dan manipulasi. Semua petunjuk ada di dialog. Jadi, jika kita ingin bersama Shi Mok menemukan siapa pembunuh Park Mo Sung, maka taruh perhatian.
Alurnya yang cepat tidak meniadakan pengembangan para karakter baik utama maupun pendukung dengan cantik dan tepat waktu. Rasanya bagaikan melihat seekor kupu-kupu keluar dari kepompongnya.
Mulai dari latar belakang Park Mo Sung, hubungannya yang rusak dengan anak laki-lakinya, relasi kerjanya dengan seorang gadis di bawah umur yang ternyata disukai oleh anaknya, semua dibahas untuk memberikan strong why kepada penonton: mengapa orang-orang yang Park tolong selama ini akan membiarkannya dibunuh.
Karakter Lee Chang Jun yang licik dan merupakan menantu dari pendiri konglomerasi “Hanjo” juga dibahas perlahan-lahan. Perubahan nilai moral dan kepribadiannya dari seorang jaksa muda yang polos menjadi seorang pemimpin yang condong kepada uang dan kekuasaan, ditunjukkan lewat banyak adegan kilas balik dimana dia mulai menerima suap dan ikut minum-minum bersama orang-orang penting dan berkuasa.
Jaksa Seo Dong Jae yang merupakan tangan kanan Lee Chang Jun digambarkan sebagai seseorang yang selalu merasa insecure dan iri pada Shi Mok. Dia seorang yang oportunis, dan bolak-balik membuat Shi Mok dan Letnan Han curiga bahwa dia adalah salah satu dalang di balik pembunuhan Park Mo Sung dan usaha pembunuhan Ga Young, salah seorang pelacur yang dia pekerjakan.
Karakter yang kurang dikembangkan di dalam drama ini ada dua: 1) Jaksa Muda Young Eun Soo (Shin Hye Sun) yang sangat menghormati dan rela mengikuti Shi Mok ke mana pun ia pergi, dan 2) Jaksa Yoon (Lee Kyu Hyung) yang ditugaskan di tim khusus yang dipimpin oleh Shi Mok untuk menangani kasus pembunuhan Park Mo Sung.
Jaksa Young tidak muncul dari latar belakang yang biasa-biasa saja. Ia adalah anak dari mantan Menteri Kehakiman yang difitnah menerima suap dari grup Hanjo dan dipaksa mengundurkan diri . Kehadirannya di layar yang tidak banyak dan kematiannya yang tiba-tiba adalah plot twist yang bagus sekaligus sangat disayangkan,
Jaksa Yoon adalah kunci dari pembunuhan Park Mo Sung. Ia adalah strong why mengapa kita harus menamatkan drama ini. Sayangnya, penangkapan dirinya dan pengungkapan alasan pribadi dari tindakannya hanya dibeberkan di dalam beberapa episode terakhir. Ini sebuah hal yang mengecewakan penonton seperti saya yang merasa sangat tertipu oleh penampilan luar dari Jaksa Yoon.
Pelajaran Hidup yang Bisa Diambil
Tontonlah drama Korea untuk mengambil pelajaran darinya. Entah pelajaran dalam membuat cerita fiksi yang memikat, ataupun pelajaran tentang nilai-nilai dalam kehidupan.
Drakor “Stranger” memberikan pelajaran yang sangat berlimpah untuk hal kedua. Bahkan banyak ulasan dari drama ini menyebutnya sebagai drama yang “memikirkan orang-orang”, saking familiarnya isu dan penyelesaian masalah yang diangkat dari kehidupan nyata.
Karakter Hwang Si Mok menjadi sangat menarik karena kepribadiannya yang lurus dibenturkan dengan dunia yang penuh korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sungguh saya tidak bermaksud menggaungkan kembali slogan Orde Baru, tapi kehidupan di Korea Selatan pada kenyataannya memang tidak jauh-jauh dari ini.
Mengapa orang tua di Korea Selatan menginginkan anak-anaknya masuk ke universitas ternama? Karena universitas ternama menjamin masuknya anak-anak mereka ke kelas sosial yang dituju demi kelancaran hidup dan masa depan yang cerah. Kentalnya nilai kekerabatan dan kepatuhan pada kelompok juga menyebabkan tidak ada seorang pun yang “ditinggalkan”.
Seseorang memiliki seonbae (senior) yang bisa diandalkan dan bisa membantunya jika ada masalah. Seorang seonbae pasti memiliki hubae (junior) yang harus selalu siap disuruh-suruh. Itu juga yang terjadi di kantor Kejaksaan Seoul bagian Barat. Jabatan, posisi, dan promosi semuanya ditentukan oleh asal sekolah dan siapa backing-nya, bukan semata-mata dari hasil kerjanya.
Hal inilah yang dengan menarik diterabas oleh Shi Mok. Kita melihat sebuah sosok yang sangat kontradiksi dengan dunia yang “lu survive kalau lu punya koneksi”. Karakter Shi Mok memberikan pelajaran berharga yang pertama tentang keteguhan hati, bagaimanapun tidak idealnya kondisi yang ditemui di lapangan.
Shi Mok ditunjukkan murni hanya punya kerja keras, intuisi, dan keahlian dalam menyelesaikan tugasnya. Dia tidak pernah peduli harus menjalin relasi, mengambil hati, dan berutang budi. Sebuah sosok yang mustahil didapatkan tapi sangat didambakan di dunia kerja seperti yang ditulis oleh rekan saya, Sweeney.
Pelajaran kedua saya dapatkan dari Letnan Han. Ketika Shi Mok membuat saya kecewa karena dia mau mengabaikan kasus pemukulan anak Park Mo Sung demi memancing pelaku pembunuhan yang sebenarnya, Letnan Han justru bersikeras melaporkan rekan kerjanya sendiri yang melakukan pemukulan.
Dengan sedih dia berkata, turning a blind eye, pura-pura tidak tahu yang dilakukan berulang kali, pada ujungnya akan menciptakan Park Mo Sung baru dan kasus kejahatan baru. Sebab semua kejahatan yang diinisiasi oleh Park Mo Sung adalah atas nama pengabaian kepentingan publik, atas nama mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, dan atas nama melalaikan tanggung jawab kepada orang lain.
Tindakan-tindakan kecil inilah yang setelah diakumulasi berakibat fatal dan mendorong Jaksa Yoon untuk membalas dendam atas kematian putranya. Tindakan-tindakan kecil inilah yang juga memunculkan korban tak perlu: anak dan ibu dari Park Mo Sung, keluarga dari Jaksa Young yang harus menerima anak mereka dibunuh dengan keji, ibu dari Ga Young. Semua itu adalah reaksi berantai yang sebenarnya tidak tercipta dalam semalam.
Kesimpulan yang Memedihkan Hati
Dilema untuk mengungkapkan kebenaran tanpa hambatan sebenarnya tidak terletak pada diri Shi Mok, tapi pada institusi yang menaunginya. Kantor Kejaksaan sangat takut dikritik masyarakat karena sering ditenggarai tidak adil dalam memperlakukan sebuah kasus. Mereka juga dituduh tidak obyektif dan selalu memihak pada penguasa atau konglomerasi yang berkepentingan.
Kedengaran familiar dengan kondisi kita di sini, ya?
Shi Mok bisa jadi dilihat sebagai pahlawan yang mengungkapkan borok di kantor Kejaksaan. Masyarakat bisa mengelu-elukannya, tetapi rekan-rekan kerjanya sendiri membencinya setengah mati. Dia dipandang sebagai whistle blower, seseorang yang tidak solider dan memikirkan seonbae dan hubae-nya. Dia boleh saja terampil bekerja, tapi tidak ada seorang pun yang mendukungnya secara moral.
Menyedihkan, ya? Entah kenapa saya sedih melihat Shi Mok yang tidak mempunyai teman dekat dan lingkaran sosial. Satu-satunya rekan kerja yang sempat menyentuh hatinya adalah orang-orang di tim khusus yang menaungi dirinya, Letnan Han, Jaksa Yoon, dan beberapa orang lagi. Ilusi kedekatan itu pun buyar setelah Jaksa Young dibunuh.
Walaupun drama ini ber-genre kriminal dan hukum, jangan kira tidak ada romansa yang terlibat di dalamnya. Romansa yang diceritakan adalah romansa yang dewasa, soal kepercayaan penuh antar pribadi karena sudah melalui banyak sekali hal bersama-sama, bukan hanya soal kedekatan dan sentuhan fisik.
Saya sangat salut dengan penulisnya yang sukses membuat penonton dugeun-dugeun hanya dengan satu adegan makan bersama, beberapa kartun yang digambar oleh Letnan Han, dan satu senyum dari Shi Mok setelah semuanya berwajah tegang dan datar selama belasan jam. Sungguh penutup yang manis untuk sebuah season yang kabarnya akan berbuntut 4 season lagi.
Apakah kamu berminat menonton drakor ini?
Penulis novel dan cerpen dalam bahasa Inggris.
Penggemar filsafat, traveling, taekwondo, piano, buku, film, dan tentu saja drama Korea.
rijotobing.wordpress.com
Tinggalkan Balasan