Selamat Hari Pendidikan Nasional! 

Yup, hari ini 2 Mei 2023 bertepatan dengan perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). 

Sejak tahun 1954, setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Hardiknas ini dijadikan momentum untuk mengenang jasa Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan sekaligus bahan refleksi terhadap proses pendidikan yang ada di Indonesia. 

Nah, untuk memeriahkan Hardiknas tahun ini sekaligus mengikuti tantangan “Bicara Pendidikan 2023 dari The Podcaster Indonesia”, kami bertiga (DK, Rhin, dan nan_nik) berbincang tentang berbagai masalah pendidikan di drama Korea dan apa kabar pendidikan di Indonesia. 

Kebetulan kami bertiga cukup akrab dengan dunia pendidikan. Saya, adalah seorang guru bimbingan belajar dan praktisi home education, Kak Rhin adalah seorang ibu homeschooler, guru bagi dua anak-anaknya sedangkan mbak nan_nik adalah seorang guru SD di salah satu sekolah swasta di Surabaya. 

Tentunya kami bicara pendidikan dari sudut pandang kami masing-masing. Sobat Drakor Class bisa simak perbincangan kami dalam podcast berikut ini, sambil membaca artikel ini sampai habis, ya! 

Drakor Bahas Pendidikan

Kalau diingat-ingat, tema pendidikan cukup sering diangkat dalam drama Korea (drakor). Banyak drama maupun film Korea yang mengangkat kisah pendidikan, yang baru saja tamat adalah Crash Course in Romance. Drama romcom yang selalu mencetak rating tertinggi dalam setiap penayangannya, bahkan baru-baru ini menerima Baeksang Arts Awards, dalam kategori Best New Actress. 

Saya sendiri sudah beberapa kali nonton drama Korea bertema pendidikan. Mulai dari Sky Castle, The Penthouse, High Class, Green Mothers Club dan Crash Course in Romance. 

Baca Juga : Sky Castle, Drama Keluarga Sarat Pelajaran Hidup

Kalau mbak nan_nik paling terkesan dengan drama Master of Study (2010). Drama ini diadaptasi dari manga populer asal Jepang Dragon Zakura yang ditulis oleh Mita Norifusa menceritakan tentang Kang Suk Ho, seorang pengacara yang miskin.

Perjuangan seorang guru untuk mendidik muridnya. Mengantar anak-anak kurang berprestasi bisa masuk universitas bagus. Sangat inspiratif.

Ambisi Orang Tua untuk Pendidikan Anaknya

Dari berbagai cerita yang diangkat dalam drakor bertema pendidikan, ada satu benang merah. Yaitu, betapa orang tua punya ambisi yang besar untuk anak-anaknya. Setiap orang tua di Korea ingin anaknya mendapatkan pendidikan terbaik. 

Baca Juga : Kesan Pertama Nonton Drama Korea “Green Mother’s Club”

Mereka ingin anaknya masuk universitas terbaik di Korea. Tak heran para orang tua ini berburu tutor pribadi maupun akademi terbaik untuk membantu anaknya belajar. 

Di Indonesia juga seperti ini. Orang tua ingin anaknya menerima pendidikan terbaik, agar kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang baik. 

Kalau di Indonesia, ambisi orang tua saat ini masih banyak yang ingin anaknya kerja berseragam. Mulai dari menjadi PNS, Dokter, Polisi, TNI, hingga Pilot. 

Realita Pendidikan di Indonesia Saat Ini

Apa kabar pendidikan di Indonesia? Realita pendidikan di Indonesia bisa dibilang kompleks. Ada anekdot yang tampaknya selalu membayangi pendidikan di Indonesia, “Ganti menteri ganti kurikulum”. 

Ini memang realita di lapangan. Bukan sesuatu yang salah sebenarnya. Jika kita melihat secara positif, para menteri ini sedang mencari jalan terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. 

Baca Juga : Mengintip Sistem Pendidikan Di Korea Lewat Drakor

Tahun ajaran 2022 lalu, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, atau yang akrab disapa Mas Menteri. Mas Menteri menetapkan kurikulum merdeka sebagai acuan pelaksanaan pendidikan di Indonesia mulai tahun ajaran 2022 lalu. 

Kurikulum merdeka ini berfokus pada pemberian materi esensial, penguatan potensi, dan pengembangan karakter siswa. Kurikulum merdeka melalui semangat merdeka belajar ini tak hanya fokus pada pengembangan aspek kognitif saja, melainkan juga pada pendidikan karakter. 

Salah satu ciri khas dari Kurikulum Merdeka ini adalah pembelajaran berbasis proyek. Dimana dalam pelaksanaannya, butuh kolaborasi antara orang tua dan guru. Orang tua menjadi partner, guru dalam poses pendidikan anak. 

Saat anak mengerjakan proyeknya, orang tua disarankan untuk membantu. Ini sudah saya lakukan. Saat si bungsu yang masih duduk di kelas 1 SD, dia mendapatkan tugas proyek membuat poster. Saya dan ayahnya membantunya membuat desain poster. Sementara, konsep poster berasal darinya. 

Baca Juga : Pengantar Podcast: Refleksi Dukung Anak Belajar pada Drakor Crash Course in Romance

Namun, pada praktiknya, masih banyak orang tua yang enggan terlibat dalam proses pendidikan anak. Kalau menurut mbak nan_nik, kesibukan orang tua membuat orang tua tak punya waktu untuk ikut terlibat dalam pendidikan anaknya. 

Atau ada juga orang tua yang merasa sudah membayar uang pendidikan, menganggap semuanya adalah tanggung jawab guru. Padahal, mendidik seorang anak itu butuh kerjasama dari berbagai pihak. Sebagaimana pepatah yang dikutip kak Rhin, It takes a village to raise a child”. Dibutuhkan orang sekampung untuk mendidik seorang anak. 

Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar

Di akhir podcast, kami bertiga sepakat bahwa perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia dimulai dari rumah. Orang tua perlu memiliki kesadaran bahwa, dirinya punya tanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya. 

Orang tua tidak hanya sibuk mencarikan anak sekolah terbaik. Melainkan juga harus membersamai proses belajar anak. Memberikan anak kesempatan belajar secara merdeka. Menjadi fasilitator pendidikan anak. 

Orang tua, sekolah, guru, dan semua stakeholders lainnya perlu saling mendukung dan berkolaborasi untuk kesuksesan pendidikan di Indonesia. 

Selamat Hari Pendidikan Nasional, Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar.