Hari ini 10 Oktober 2021 komunitas Drakor Class tepat berulang tahun yang ke-1. Satu tahun berlalu dengan sangat cepat, atau sangat lambat? Jika kami menoleh ke belakang, ke aktivitas-aktivitas yang telah kami kerjakan bersama, maka sangat jelas bahwa dalam setahun ini kami, ibaratnya pohon, sudah menghasilkan buah.
Bagaimana beralih dari sekedar grup Whatsapp untuk merumpi (dan mengghibahkan) drama Korea dan para oppa dan eonni menjadi sebuah komunitas yang serius di satu bidang dan terakhir mengambil bentuk sebagai sebuah organisasi yang memiliki struktur, sistem, dan program kerja?
Tentunya tidak mudah.
Ada jatuh bangun, ada trial and error, ada ketidaksepahaman, ada pertentangan, ada penemuan-penemuan baru akan cara-cara yang lebih efektif dan efisien, dan tentu saja ada pengenalan yang lebih mendalam akan karakter setiap orang yang telah mendirikan Drakor Class satu tahun yang lalu.
Perjalanan Drakor Class dimulai dari grup Whatsapp Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP). Kami pertama kali berkenalan di situ dan akhirnya memutuskan untuk membuat grup Whatsapp terpisah karena obrolan kami seputar kokoriyaan tidak dipahami oleh mayoritas anggota grup WAG KLIP yang lain.
Ketika berkumpul di grup yang sama, Kak Risna, kakak sepupu yang mengajak saya bergabung di KLIP dan kemudian WAG “Drakor dan Literasi”, menyarankan 30 topik seputar Korea untuk menjadi tema tulisan. Maklum, sebagai anggota KLIP kami memiliki kewajiban menyetor tulisan yang diganjar dengan berbagai jenis badge. Tujuan dari 30 topik itu adalah untuk memberikan ide bagi mereka yang tidak memiliki ide ketika harus menulis dan menyetor tulisan.
Dari tantangan 30 topik itulah ide kami berkembang menjadi membuat sebuah blog seputar drama Korea dan literasi. Visi kami sederhana, menuliskan hal-hal dari drama Korea yang menginsipirasi kami. Tulisan yang kami buat bukan sekedar ulasan jalan cerita sebuah drama; ada juga pembahasan aspek kebudayaan lain seperti parenting, hukum, pakaian tradisional, sejarah dinasti di Korea, dan lain sebagainya.
Menggemari drama Korea tidak sekedar menyukai deretan oppa dan eonni dengan visual yang mencengangkan, yeoreobun. Kita bisa mempelajari banyak hal dari drama Korea dan itu diakui oleh para pendiri Drakor Class yang berasal dari berbagai latar belakang (blogger, penulis fiksi, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, dan lain sebagainya).
Dalam satu tahun kami sudah menulis 422 artikel dan eksis di berbagai media sosial, mulai dari Instagram, Twitter, Youtube, dan TikTok. Semua dikerjakan maksimal dengan mengatur strategi supaya tidak kelelahan dan patah di tengah jalan. Kami menyadari bahwa setiap dari kami memiliki tanggung jawab lain di luar Drakor Class, sehingga kami memiliki slogan: bucin totalitas, tanpa melupakan prioritas.
Kami menulis dan ingin tulisan kami dikenal, ingin orang berkunjung ke blog ini. Kami mengupayakan berbagai cara untuk memperkenalkan diri kepada penggiat blog dan penonton drama Korea. Kami ingin berada di top of mind bagi mereka yang mencari informasi seputar drama Korea, baru dan lawas.
Jika melihat perjalanan kami selama setahun terakhir, maka kami merasa takjub dan sangat bersyukur dengan pihak-pihak eksternal yang sudah mempertimbangkan dan memberi kepercayaan kepada Drakor Class untuk bekerja sama menggarap acara demi acara.
Kerja sama pertama kami adalah dengan Korean Cultural Center Indonesia dalam acara yang bertajuk “Crash Landing on K-Drama”. Dalam acara tersebut kami membagikan berbagai manfaat dari menonton drama Korea, dari sekedar hiburan menjadi alat untuk menaikkan traffic blog bagi blogger, atau bahkan sumber ide cerita bagi penulis fiksi.
Dua bulan setelah itu, kami diundang pertama kali untuk siaran di segmen “Jalan Sore” V Radio 106.6 FM Jakarta yang memperkenalkan komunitas-komunitas yang ada di masyarakat. Jalan untuk memperkenalkan diri sebagai komunitas yang bergerak di literasi yang terinspirasi oleh drama Korea, dan mempromosikan drama Korea semakin terbuka lebar.
Sambil memperkenalkan diri, kami pun bergumul untuk menemukan bentuk terbaik untuk organisasi kami. Ternyata ada banyak pekerjaan selain menulis di blog. Ada media sosial yang harus dikelola kontennya. Ada acara-acara yang perlu dihadiri karena diundang oleh komunitas lain (sebut saja webinar dengan KCCI, siaran radio, dst.), atau direalisasikan sebagai bentuk kerja sama dengan pihak eksternal (sebut saja menjadi juri untuk kontes ulasan drakor yang diselenggarakan oleh KCCI bulan lalu).
Sambil menghitung berkat dan pencapaian, kami juga sambil menghitung pergumulan dan kesulitan yang ditemui selama setahun ini. Perasaan “kerja sendirian, capek sendirian” itu rentan muncul. Oleh karena itu, perlu untuk menanamkan hal ini di benak setiap pendiri Drakor Class.
Konten media sosial tidak bisa tayang tepat waktu? Komunikasikan.
Ada cara kerja yang tidak berkenan karena toh kami punya pola pikir dan metode masing-masing? Komunikasikan.
Sedang kewalahan di rumah dan pekerjaan lain sehingga tidak sempat menulis di blog? Komunikasikan.
Untuk semua hal, komunikasikan. Jangan berasumsi, jangan dipendam di dalam hati saja, nanti jadi penyakit.
Dan dalam berkomunikasi, ingatlah relasi antarmanusia itu paling utama.
Pekerjaan silih berganti, datang dan pergi, tapi kami bekerja berdampingan untuk jangka waktu yang semoga sangat lama. Tidak hanya sepanjang satu tahun terakhir ini, tapi banyak tahun ke depannya. Jadi, komunikasi, sopan santun, welas asih ketika menyampaikan maksud dan pendapat, adalah hal yang paling utama.
Sungguh sebuah kehormatan bagi saya pribadi bisa bertemu, berkenalan, dan bekerja sama dengan orang-orang hebat, para pekerja keras, dan terutama teman-teman sejiwa yang telah bersama-sama memelihara dan membesarkan blog ini dengan semua aktivitas turunannya.
Dan terima kasih juga untuk semua pihak eksternal, teman lama dan baru, yang telah bersedia menjadi narasumber di dalam acara IG Live yang kami adakan secara rutin. Dan juga pihak eksternal yang sudah dan masih menjalin kerja sama secara rutin dengan Drakor Class, memberikan media dan kanal bagi komunitas kami untuk dikenal dan berdampak.
Orang bilang usia 1 tahun itu adalah usia di mana seorang anak manusia baru belajar berjalan. Saya lebih suka memakai analogi kupu-kupu (bukan karena drama pasangan Jae On-Na Bi dan Ha Ram-Cheon Gi, ya, hahaha). Sudah saatnya Drakor Class keluar dari kepompong yang telah mempersiapkannya selama setahun terakhir, untuk terbang cantik sebagai kupu-kupu pada tahun-tahun ke depan.
Sebagai penutup tulisan ini, ada sedikit rekaman memori dari acara syukuran kami pada hari ini, 10 Oktober 2021. Untuk rekan kami yang jauh dan dekat, yang bisa dan tidak bisa datang, we’re so grateful for you. Saranghae!
์ด๋ฆฌ์กฐ 2021 - 2022 ๋ฐ์ฅ
Penulis novel dan cerpen dalam bahasa Inggris.
Penggemar filsafat, traveling, taekwondo, piano, buku, film, dan tentu saja drama Korea.
rijotobing.wordpress.com
Tinggalkan Balasan