Annyeooonghaseyo chingu!!
Aigoo, sudah akhir bulan lagi nih, chingu! Bahkan, menuju akhir tahun, uwow. Gimana, gimana? Masih nge-bucin ga nih? Atau sudah move on? Haish, susah nian kan yang namanya move on? Contoh paling aneh tapi nyata deh ya, di tahun 2020 ini kan saya menonton drakor Saikojiman Gwaenchanha alias It’s Okay to Not Be Okay. Sudah beberapa bulan silam lho beresnya. Namun, hingga saya mengetik tulisan ini, rasa-rasanya feeling saat menonton drakor itu masih nempel gitu. Melihat foto Kim Soo-hyun selewat saat saya scrolling sosial media, eh, baper lagi, kan. Ujung-ujungnya searching foto atau informasi lainnya lagi tentang beliau, untuk kesekian kalinya. Hadeuh, bucin has been detected !
Nah, ngomong-ngomong tentang bucin nih, chingu, sebenarnya apa sih bucin itu? Apa ya penyebabnya? Bagus atau ga sih sebenarnya nge-bucin itu sendiri? Hayoloh, yang di penghujung tahun 2020 masih nge-bucin, yuk merapat nyimak!
BUCIN? Name of Food?
Tak kenal maka tak afdol. Mengaku bucin, tapi ga tahu apa itu sebenarnya bucin? Ah, ga kekinian kalian, hihi. Jadi, BUCIN itu merupakan singkatan dari BUdak CINta, yaitu perilaku mencintai, menyukai, mengagumi sesuatu dan atau seseorang secara mendalam, hingga mendorong si terjangkit (bah, macam penyakit aja ya) untuk melakukan hal lebih demi mengetahui, mendapatkan informasi, bahkan memiliki objek yang di-bucin-kan. Sesuai definisi tersebut, kita bisa tarik kesimpulan lain bahwa ternyata ke-bucin-an itu memiliki tingkatan dalam keterjangkitannya, lho. Let’s say, ada low impact, moderate, advance, dan freak. Wohoo, seru ya menelaahnya. Mari kita lanjuuuut!
Taraf low impact ini di mana kita masih sadar dengan keberadaan diri sendiri, dan masih dengan mindfulness untuk mendahulukan cinta diri sendiri dulu dibandingkan dengan cinta untuk si dia, ahemm. Ibarat dalam percintaan, ini kondisi saat kita berani memutuskan untuk membuat suatu hubungan, tapi dengan kesepakatan untuk tetap menjalankan kehidupan masing-masing tanpa banyak menuntut ini itu. Hahay!
Taraf moderate ini adalah kondisi di mana kita telah berani memutuskan untuk menjalin hubungan dan kita juga mulai memasuki kehidupan masing-masing lebih dalam. Bisa dengan mengorek informasi lebih banyak tentang keluarga, lingkungan pertemanan, bahkan pribadi si doi. Namun, kita berada dalam batasan untuk tetap ambil kendali atas diri sendiri terlebih dahulu. Means, kita masih tetap menghargai ruang privacy masing-masing. Cari tahu ya boleh, minta jatah waKtu bersama ya wajar, tapi tetap memberi kesempatan bagi diri kita dan doi untuk menjadi diri sendiri seutuhnya. Fair, hm?
Taraf selanjutnya, yaitu advance, di mana sudah mulai terdeteksi adanya sikap menyerempet dan mengganggu ruang privacy masing-masing. Ada rasa ingin menjadi sosok yang paling tahu akan dia, paling paham dan paling dibutuhkan, TAPI masih mengikutsertakan akal sehat di dalamnya. Ada batas yang tetap menjaga keamanan kita sendiri, dan tidak sampai menyakiti psikis atau pun fisik.
Dan, here it is! Taraf freak. Hmmm, simple explanation aja deh ya, di level ini si terjangkit sudah berada pada kondisi : YOU JUMP, I JUMP. Ngerti kan, chingu? Wuuu, serem, tetapi di kehidupan nyata banyak lho yang seperti ini. Bahkan dalam hal mengidolakan seseorang misalnya.
So, Is it dangerous to nge-bucin?
Jawabannya adalah TERGANTUNG. Yup, tergantung taraf nge-bucin mana yang menginfeksi kita, chingu. Kalau masih di tahap moderate¸ya kenapa ga? Malah, di tahap ini, nge-bucin tuh membawa hal positif, lho! Bukan hanya dari segi psikologis, tetapi secara fisik juga. Nah, lho! Beneran gitu? Kok bisa? Ya bisa banget, lhaaa. Karena, perilaku bucin ini merupakan buah dari suatu reaksi biologis dalam tubuh yang sangat erat kaitannya dengan regulasi hormon. Uwuuuww, berat ga tuh bahasan? Ga kok, chingu. Tenang aja, lebih berat rindu Dilan untuk Milea, hiyaaahhhh, haha.
HORMON DAN BUCIN, Relate?
Well, korelasi keduanya memang sangat intim, ehm. Sikap bucin dapat terjadi karena adanya produksi hormon Dopamin dalam tubuh, dan atau berlaku sebaliknya, dengan ke-bucin-an, produksi hormon Dopamin dalam tubuh sangat terpengaruh. Yap, se-relate itu.
Saat kita mengagumi, menyukai, mencintai seseorang, maka hormon Dopamin akan terbentuk. Hormon Dopamin ini sangat terkenal dengan istilah HORMON BAHAGIA. Hormon ini, dalam jumlah yang pas, sangat berguna bagi tubuh. Selain menciptakan euphoria atau rasa bahagia yang sangat, keberadaan hormon ini juga membantu untuk meningkatkan fokus dan motivasi diri. Itulah mengapa, saat kita nge-bucin, rasanya selalu ingin mencari banyak hal tentangnya. Apa pun yang terjadi di kehidupan seperti berhubungan dengannya. Ya, karena efek meningkatkan fokus dan motivasi diri itu tadi. Nah, situasi fokus ini, jika kita gunakan untuk kegiatan positif, misalnya belajar, menjadi sangat bermanfaat, bukan? Jadi, sebelum belajar nih misalnya, bolehlah kita intip-intip dulu dikit wajah kinyis Oppa Lee Min-ho misalnya. Gimana?
Selain sebagai peningkat fokus dan motivasi, Si Dopamin ini juga bertindak sebagai vasodilator. Ahay, apalagi ini? Vasodilator itu adalah material yang mampu memperlebar pembuluh darah. Efeknya bisa seperti relaksasi, segar, tenang, dan badan terasa enteng seperti selesai berolah-raga. Coba perhatikan, saat kita melihat Oppa kesayangan kita berlaga di drama, atau hanya sekadar menyapa para penggemar melalui sosial media, kita yang menyaksikannya akan merasa jreng dan bersemangat gitu, kan? Pandangan tiba-tiba terang, pacuan jantung lebih kuat. Yang sebelumnya badan ringsek beres masak atau seharian ngadepin tugas negara lainnya, mendadak bugar seketika melihat senyum tipis-tipis dari bibir Sang Idola. Bagaimana tidak, lha itu nge-doping kerja jantung dan beberapa organ lainnya juga untuk lebih maksimal bertugas kok. Wow, mantap!
Sebenarnya, masih sangat banyak fungsi Dopamin ini di dalam tubuh. Dengan syarat, dalam jumlah yang seimbang. Jika kurang atau berlebihan justru akan menimbulkan penyakit serius, seperti Skizofrenia atau pun Sindrom Parkinson.
Namun, dalam keadaan normal, hormon ini jutsru sangat dinanti dan diharapkan oleh banyak orang (meskipun tanpa sadar). Karena, keberadaannya mampu membawa suasana positif, emosi stabil, dan tentunya bahagia.
So, chingudeul¸ nge-bucin tuh sah-sah aja lho, bahkan dianjurkan, ASAAAAAL, dalam taraf maksimal di moderate aja yaaa. Hihi, saranghaeyo! AZA AZA FIGHTING!
Ibu rumah tangga beranak dan bersuami satu, penyuka kopi dan kata. Nonton Korea juga hobinya. Biasnya tergantung mood, tapi lebih prefer yang matang-matang ranum macem Song Seung-heon. Jelas tetep ga nolak juga kalo ada yang imut lewat sejenis Kim Soo-hyun. Intinya, mata dan hati tak cukup kuat melihat yang glowing korban skincare Korea berikut sentuhan oplasnya. Mamak lemah <3
Tinggalkan Balasan