Annyeonghaseyo, chingudeul!
Bertepatan dengan hari buku nasional yang jatu pada tanggal 17 Mei 2021 lalu, Drakor Class mengadakan IG Live yang mengangkat tema “Drakor dan Literasi“. Dalam acara tersebut, Drakor Class mengundang seorang penggiat literasi yaitu Kak Ipeh Alena. Acara dipandu oleh classmate tercinta, Lendyagasshi.
Sedikit bercerita mengenai narasumber kami kemarin, Kak Ipeh Alena ini adalah seorang blogger buku. Beliau rutin menuliskan resensi buku bacaannya di blog bacaanipeh.web.id dan instagram @alenaslibrary.
Kak Ipeh selalu menulis ulasan yang detail mengenai buku yang telah dibacanya, bahkan juga mengulas film-film yang diangkat dari buku bacaan tersebut. Bangga rasanya Indonesia masih memiliki pecinta buku seperti Kak Ipeh di tengah isu rendahnya minat literasi masyarakat Indonesia.
Kak Ipeh pun memiliki target untuk membaca sebanyak seribu buku, dan rutin menulis jurnal untuk membuat reading tracker. Luar biasa sekali, ya!
Untuk chingudeul yang belum sempat menonton acara IG Live kemarin, baca yuk sedikit ulasannya dalam tulisan ini!
Daftar Isi
Menulis Resensi Buku yang Baik
Sebagai seorang yang rutin menulis resensi dari buku-buku bacaannya, hal terpenting yang harus dimasukkan ke dalam tulisan resensi buku adalah adanya poin plus minus mengenai buku tersebut.
Namanya sebuah karya manusia, pasti tidak ada yang sempurna. Oleh sebabnya, penulis resensi buku hendaknya jeli melihat kelebihan dan kekurang yang ada dalam buku untuk diulas. Akan tetapi, berbeda halnya ketika ada kerja sama yang menuntut penulis menuliskan hal yang baik-baik saja dalam buku. Hehe..
Dengan tetap mempertahankan profesionalitas, Kak Ipeh akan membuat tulisan terpisah mengenai poin kekurangan dari buku bacaan tersebut setelah kerja sama berakhir.
Buku Fisik atau Buku Digital?
Bagi Kak Ipeh, saat ini beliau lebih memilih untuk rutin membeli dan membaca buku digital. Beliau menyayangkan buku-buku fisiknya yang termakan rayap, sehingga e-book dirasa lebih minim resiko terhadap kerusakan buku.
Sedikit berbagi nih, perbandingan antara buku fisik dan e-book adalah sebagai berikut :
Kepraktisan
Dari sisi praktis, tentu e-book lebih dinilai praktis dibandingkan dengan buku fisik (konvensional). Hanya dengan sebuah gadget, kita bisa membaca kapanpun dan di manapun. Ibarat kata, kita bisa membawa ribuan buku hanya dalam satu genggaman tangan.
Berbeda dengan buku fisik, kita harus memiliki ruang yang cukup untuk penyimpanan buku-buku koleksi kita. Meskipun buku fisik juga sifatnya portable, berapa banyak sih buku yang bisa kita bawa dalam sebuah ransel atau tas pergi?
Perawatan
Dari segi perawatan, lagi-lagi e-book dinilai lebih mudah. Tidak ada perawatan yang berarti ketika kita memutuskan untuk membeli dan menyimpan e-book di smart phone kita.
Lain halnya dengan buku fisik. Seperti yang Kak Ipeh katakan apabila tidak telaten dalam merawat buku fisik, bisa jadi buku-buku kita habis dimakan rayap atau ada halaman yang menempel satu dengan yang lain. Hiks!
Keramahan Untuk Mata
Walaupun dalam beberapa hal e-book dirasa lebih baik dibandingkan dengan buku fisik, terlalu lama menatap layar gadget akan membuat mata kita menjadi cepat lelah.
Departemen Kesehatan US pernah menyebutkan bahwa menatap layar gadget selama lebih dari 2 jam per hari berpotensi menimbulkan kerusakan mata. Oleh sebabnya, perlu adanya pembatasan screen time untuk diri sendiri.
Sementara untuk buku fisik, perlu juga sih adanya penerangan untuk membaca. Nggak mungkin lah baca buku gelap-gelapan. Akan tetapi, buku fisik dinilai lebih ramah untuk mata kita.
Buku yang Dijadikan Film/Drama
Bagaimana perasaan teman-teman ketika mengetahui bahwa buku bacaan kita akan diangkat menjadi sebuah film atau drama? Pasti excited banget ya! Sama halnya ketika Kak Ipeh mengetahui bahwa webtoon favoritnya yaitu Sweet Home, dijadikan drama dan ditayangkan oleh Netflix.
Menurutnya, ketika sebuah buku diangkat ke dalam drama Korea maka akan ada banyak pelajaran hidup yang didapat. Karena pembuatan drama Korea mengedepankan riset yang mendalam terhadap suatu cerita ataupun profesi yang diangkat.
Penggemar Running Man ini pun menyebutkan bahwa salah satu drama Korea favoritnya adalah 18 Again. Drama ini banyak membuatnya berkaca sebagai orang tua, di mana banyak sekali pelajaran parenting yang bisa diambil dari sudut pandang anak dalam drama tersebut.
Sehari Nggak Baca Buku, Rugi!
Ngobrol dengan Kak Ipeh dalam acara live kemarin benar-benar menginspirasi. Selama bercerita mengenai hobi membacanya, mata Kak Ipeh selalu terlihat berbinar. Sama lah seperti classmate membicarakan drakor dan oppa. Hehe.
Dalam sehari, Kak Ipeh pun mengungkapkan kalau dirinya akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca daripada kegiatan lainnya selain makan. Porsi menonton pun jelas lebih sedikit dibandingkan dengan membaca.
Saking sukanya membaca buku, Kak Ipeh akan meluangkan waktu setiap hari untuk membaca buku. Pokoknya sempatkan waktu untuk membaca. Kemudian, apabila buku bacaannya betul-betul menarik hatinya, maka Kak Ipeh akan langsung mengeksekusi untuk menuliskan resensinya. Daebak!
Agar chingudeul bisa melihat bagaimana Kak Ipeh menginspirasi kita untuk mencintai dunia literasi, simak yuk IG Live Drakor Class kemarin :
Selamat menonton, semoga semakin banyak kita yang meluangkan waktu untuk membaca buku! Selamat hari buku nasional, chingudeul.
Full-time mom and wife, half-time writer. Menonton dan mereview drakor sebagai salah satu wujud me time dari rumah ๐
Tinggalkan Balasan