Annyeong Chingudeul. Siapa yang sudah menantikan penayangan Tale of the Nine Tailed 1938 yang merupakan season ke-2 dari drama yang diperankan Lee Dong Wook dan Kim Bum ini. Kalau biasanya sebuah drama akan berkurang kualitasnya jika lebih dari 1 season, dan kalau biasanya saya enggan menonton drama yang lebih dari 1 season, drama yang satu ini berbeda.
Saya baru selesai menonton 2 episode pertama dari 12 episode yang direncanakan dari drama aksi fantasi dengan bumbu komedi yang dibintangi Lee Dong Wook dan Kim Bum ini. Menurut saya, drama Korea Tale of the Nine Tailed 1938 yang episode barunya hadir setiap Sabtu dan Minggu di Prime Video ini akan menarik untuk ditonton bukan saja oleh penggemar Lee Dong Wook dan Kim Bum, tetapi juga untuk semua penyuka tontonan genre fantasi yang penuh aksi pertarungan.
Berikut ini kenapa menurut saya Kdrama Tale of the Nine Tailed 1938 sangat menarik untuk ditonton. Yuk baca sampai habis, dan buktikan sendiri kalau tidak percaya.
Daftar Isi
Tidak Harus Menonton Season Pertama
KDrama Tale of the Nine Tailed 1938 ini dibuka langsung dengan aksi berantam antara Lee Yeon dengan tentara Jepang. Selanjutnya pertemuan Lee Yeon dan Lee Rang sambil alurnya bercerita maju mundur untuk mengisahkan alasan kenapa Lee Yeon berada di tahun 1938. Di bagian awal episode pertama juga diceritakan kilas balik rangkuman dari season pertama Jadi memang walau saya tidak menonton season pertama, saya cukup bisa menikmati drama ini. Apalagi yang disajikan juga tidak terlalu terkait ceritanya dengan season pertama.
Baca juga : Ending โTale of The Nine Tailedโ Mengecewakan, Gara-Gara Ji Ah?
Cerita season ke-2 ini seperti menjadi prequel dan hampir semua tokoh di season pertama muncul di season ini. Kalau di akhir season pertama Lee Rang diceritakan mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan Lee Yeon dan Ji-ah, maka di season ini bercerita di masa Lee Rang masih hidup dan menjadi pimpinan perampok. Lee Yeon di masa tahun 1938 juga masih berbeda dengan Lee Yeon yang datang dari masa depan. Bagian ini untuk menggambarkan bagaimana berbedanya karakter Lee Yeon tahun 1938 yang tidak bisa move-on dari cinta pertamanya dengan Lee Yeon yang sudah menikah dengan Ji Ah.
Baca juga: Gumiho, Rubah Ekor Sembilan Primadona Kdrama
Vibes Drama Western Jadul
Walaupun kisahnya tentang masa tahun 1938, di mana ada banyak tentara Jepang di Korea, tetapi drama ini bukan drama politik. Kesan yang bisa saya rasakan ketika menonton ini serasa nonton drama barat dengan setting jaman dulu seperti jaman cowboy. Mulai dari gaya busana, tatanan rambut , sampai alat transportasi tentunya disesuaikan dengan masa tahun 1938.
Mungkin untuk mendapatkan gambaran apa yang saya maksud, bisa lihat trailer dari drama Tale of the Nine Tailed 1938 dan beberapa scenes dari episode pertama dan kedua yang ada di tulisan ini.
Visualisasi yang Memukau
Drama ini drama fantasi. Bercerita tentang mahluk-mahluk astral dalam rupa manusia. Mereka punya kemampuan tarung yang hebat. Penggambaran dari aksi pertarungan sepanjang 2 episode ini selalu terlihat menarik. Adaptasi berbagai mahluk astral dalam cerita ini juga digambarkan cukup menarik, baik itu untuk menjadi kawan maupun lawan dari Lee Yeon dan Lee Rang.
Baju-baju yang ditampilkan di drama ini sudah tentu tidak biasa. Lee Yeon dan Lee Rang digambarkan dengan setelan jas, sedangkan tokoh wanitanya selain memakai hanbok juga masih banyak memakai renda dan make-up yang cukup menor. Walau saya tidak mengerti fashion, menurut saya sih semuanya terlihat menarik.
Penggunaan berbagai efek cinematic juga membuat aksi para pemeran di Tale of the Nine Tailed 1938 ini semakin memesona buat ditonton.
Musik Latar yang Membuat Nuansa Komedi
Hal yang juga membuat drama ini terasa berbeda adalah pemilihan musiknya. Bagian sedang bertarung, ataupun bagian sedang berkejaran, sampai dengan bagian kilas balik semuanya diberikan musik latar yang berbeda dengan musik pada drama Korea biasa.
Banyak bagian di 2 episode pertama ini terasa lucu apalagi ketika dilengkapi dengan musik latarnya. Saya agak sulit menggambarkannya, tetapi saya sarankan coba deh tonton episode pertama, dan kamu pasti tahu apa yang saya maksudkan.
Bromance tanpa Ji Ah
Kalau di season 1 kisahnya Lee Yeon sangat terdistraksi karena cintanya pada Ji ah, nah di season ini Lee Yeon kembali ke 1938 karena ada tokoh yang mencuri sebuah batu keseimbangan antara alam hidup dan mati. Lee Yeon mengejar pencuri itu melewati gerbang waktu dan diberi jam khusus untuk melihat batas waktu kembalinya ke masa depan. Tetapi tanpa disangka, di tahun 1938 itu dia bertemu dengan Lee Rang yang kemudian dilukai oleh pencuri batu tersebut. Lee Yeon tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama yang membuatnya kehilangan Lee Rang, adiknya. Dalam usahanya menyelamatkan Lee Rang, Lee Yeon terlambat untuk kembali ke masa depan dan melewati batas waktu yang diberikan. Lee Yeon terjebak deh di tahun 1938.
Awalnya Lee Rang merasa kalau Lee Yeon adalah musuhnya. Karena memang sebelum season pertama, kedua bersaudara ini hubungannya tidak terlalu akur. Nah, setelah akhir episode pertama, Lee Rang melihat kalau Lee Yeon yang menolongnya ini berbeda dengan Lee Yeon yang dia kenal. Lee Rang akhirnya bersedia membantu kakaknya ini untuk mencari tahu siapakah orang yang mencuri batu yang juga merupakan orang yang menusuknya.
Sampai dengan akhir episode ke-2, Lee Rang belum mengetahui kalau Lee Yeon yang dia bantu ini adalah Lee Yeon yang datang dari masa depan dan terjebak di tahun 1938. Walaupun sudah terlihat dia mempertanyakan tentang handphone yang dibawa oleh Lee Yeon yang tentu saja teknologinya belum ada di tahun 1938.
Dengan tidak adanya kisah cinta antara Lee Yeon dan Ji ah (selain disebutkan kalau Ji Ah menantikan Lee Yeon di masa depan), cerita ini lebih berfokus pada bagaimana usaha Lee Yeon untuk pulang ke masa depan dan mencari tahu siapakah pencuri batu yang dia kejar dan kenapa batu itu dicuri. Selama terjebak di tahun 1938, Lee Yeon harus mengerjakan beberapa misi untuk menemukan cara pulang ke masa depan. Dia juga ingin memanfaatkan waktu selama berada di tahun 1938 untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama adiknya, Lee Rang.
Cerita Fantasi, Mitologi dan Benda-Benda Sakti
Gumiho alias Nine Fox Tailed merupakan salah satu dari sekian banyak mahluk-mahluk yang ada dalam cerita mitologi Korea. Di drama Tale of the Nine Tailed 1938 ini, ada banyak mahluk lain yang diceritakan. Di antaranya tentang kura-kura yang bisa hidup panjang dengan mengambil umur orang lain, dan juga tentang cacing yang kalau menguasai manusia akan membuat manusia menjadi seperti zombie yang menyerang orang lain dengan menggigitnya seolah manusia lain adalah makanannya.
Baca juga: Makhluk Astral yang Muncul dalam Drama Korea
Selain mahluk astral ada juga beberapa benda yang disebutkan dalam cerita fantasi ini. Tentunya saya benda-benda sakti tersebut nantinya akan digunakan terkait dengan mahluk astralnya. Misalnya saja benda seperti seruling yang katanya bisa digunakan untuk menghancurkan gunung. Atau pedang tertentu yang digunakan untuk membunuh mahluk astral tertentu.
Tanpa mengetahui secara detailnya tentang benda dan mahluk yang ada dalam mitologi yang sesungguhnya, saya bisa tetap menikmati cerita drama Tale of the Nine Tailed 1938 ini. Setiap mahluk dan benda cukup ada penjelasan baik berupa percakapan ataupun sekedar tulisan di layar untuk lebih menjelaskan ke penonton.
Kdrama Tale of the Nine Tailed 1938, Cerita Fantasi penuh Aksi yang Menghibur!
Kalau biasanya saya lebih banyak merekomendasikan drama romcom. Kali ini rekomendasi saya untuk penggemar fantasi penuh aksi. Selain menikmati keindahan visualisasi cinematicnya, kita juga bisa melihat visualisai dari Lee Dong Wook dan Kim Bum yang berkilau di drama Tale of the Nine Tailed 1938 ini.
Yuklah, buat yang mencari tontonan akhir pekan, langsung saja nontonnya di saluran resmi Prime Video setiap Sabtu dan Minggu ya chingu!
Blogger, Wife, Mom of 2 boys, Homeschooler, Crafter.
Nonton drakor (terutama romcom) untuk hiburan dan mencari ide untuk dituliskan.
Catatan belajar dan hobi tentang menulis, blog, Canva dan Kinemaster bisa dibaca di https://risna.info
Tinggalkan Balasan