Annyeong Chingudeul, kali ini sebagai bagian dari misi K-Influencer Academy 2022, saya ingin mengajak kita berkenalan dengan pansori. Terus terang, saya juga baru tau dengan jenis musik khas Korea Selatan ini, dan langsung kagum dengan budaya Korea satu ini. Saya menemukan ternyata 2 ada Film Korea yang membahas tentang pansori dengan setting di jaman Joseon. Yuk buat yang belum tau apa itu pansori, pastikan baca tulisan ini sampai habis.
Daftar Isi
Pansori, Pertunjukan Seni Suara untuk Semua Kalangan
Pansori merupakan sebuah genre musik opera Korea yang pada awalnya merupakan seperti nyanyian para shaman ketika melakukan ritual. Pertunjukan pansori mulai populer sejak abad ke-17 yang awalnya dilakukan dipinggir jalan. Pertunjukan ini dilakukan oleh seorang seorang penyanyi dan penabuh gendang (gosu) dengan 2 sisi yang disebut buk. Lagu yang dinyanyikan biasanya berbentuk cerita. Walaupun awalnya pertunjukan dilakukan seperti pengamen keliling, lama kelamaan, pertunjukan ini mulai diminati juga oleh kalangan elit.
Kata pansori berasal dari kata pan (Hangul: 판) dan sori (Hangul: 소리). Sori artinya suara atau lagu, sedangkan untuk kata pan ada beberapa makna, diantaranya: “situasi di mana banyak orang berkumpul”, dan arti lainnya adalah “sebuah lagu yang dikomposisikan dengan berbagai nada.” Pada awalnya pansori disebut hanya sebagai sori, dan dikenal juga dengan beberapa sebutan lain seperti Taryeong, Japga (잡가), Clown Song, dan Geokga (극가; 劇歌). Selain itu juga biasanya juga disebut dalam berbagai nama lain seperti Changgeukjo (창극조; 唱劇調).

Keunikan pansori adalah penyanyinya seolah-olah memerankan semua orang dalam ceritanya, ya dialognya dan juga termasuk menarasikan kejadiannya. Dengan kata lain pansori ini seperti monodrama atau one man show. Kebayang ya bagaimana hanya 2 orang melakukan pertunjukan dengan durasi berjam-jam tersebut.
Ciri khas pansori selain dilakukan di depan banyak orang adalah cara menyanyikannya yang berbeda dengan teknik bernyanyi biasa. Karena cara bernyanyinya seperti berteriak, tapi juga tetap ada nada lagunya dan enak didengarkan. Biasanya, dari mendengarkan pansori, penonton bisa merasakan emosi tokoh yang diceritakan. Penonton bisa ikut menangis atau tertawa seperti menonton film juga. Lagunya memang dibawakan dengan ekspresif, gaya bicara yang khas dan juga perbendaharaan narasi dan gerakan yang menggambarkan baik itu budaya elit dan rakyat biasa. Pertunjukan lagu yang berlangsung antara 3 sampai 8 jam tersebut berusaha menyampaikan sebuah cerita kepada penontonnya dengan berbagai gaya sastra.
Karena pansori ini tidak ada partiturnya, seorang murid harus belajar dengan menirukan langsung apa yang dinyanyikan oleh gurunya. Dibutuhkan training yang tidak sebentar untuk bisa menjadi penyanyi pansori. Kebayang menyanyi berjam-jam dengan suara seperti berteriak, sudah pasti stamina penyanyinya harus benar-benar prima.

Di salah satu tayangan televisi Arirang mengenai pansori, saya jadi melihat bagaimana pita suara penyanyi pansori berbeda dengan penyanyi biasa. Akibat latihan bertahun-tahun termasuk bernnyanyi di air terjun pita suaranya bisa saja terluka berdarah berkali-kali dan ajaibnya tetap saja menghasilkan suara yang cukup merdu.
The Sound of A Flower (2015)

Sebuah film Korea yang dirilis tahun 2015 yang dibintangi Suzy Bae dan Ryoo Seung-ryong ini diangkat berdasarkan kisah nyata dari seorang penyanyi pansori wanita pertama di Korea Jin Chae-seon di masa hidupnya sekitar tahun 1867.
Dikisahkan, sejak pertama kali Jin Chae-sun melihat Shin Jae-hyo, seorang pemimpin Dongrijungsa, melakukan pansori, dia sudah bercita-cita ingin menjadi penyanyi pansori. Film ini mengangkat bagaimana kisah perjuangan Chae-sun untuk menjadi penyanyi pansori dan segala tantangannya.
Pada masa itu, seorang wanita tidak boleh tampil bernyanyi di depan orang banyak. Akan tetapi Chae-sun yang ingin melakukan pansori sejak melihat Shin Jae-hyo di masa kecilnya, tidak menyerah. Dia bahkan menyamar menjadi laki-laki supaya bisa belajar pansori dari Shin Jae-hyun.

Tentu saja pada akhirnya Jin Chae-sun berhasil menjadi master penyanyi wanita pertama di Korea. Sekarang ini banyak wanita yang bisa menjadi penyanyi Pansori di Korea. Selama beberapa generasi, cara mengajarkan pansori masih sama, yaitu guru secara langsung ditirukan oleh muridnya. Di film ini digambarkan bagaimana Chae-sun dilatih oleh Shin Jae-hyo sehingga berhasil menjadi penyanyi pansori.
Kalau ingin melihat Bae Suzy menyanyikan pansori, bisa dilihat di cuplikan dari film The Sound of A Flower. Konon ketika mempersiapkan film The Sound of A Flower, Suzy onnie sempat mengalami sakit pita suaranya loh. Tidak heran ya, hasilnya memang terlihat cukup meyakinkan sekali.
The Singer (2020)

Selain film The Sound of A Flower, di tahun 2020 juga ada fim Korea yang menceritakan kisah penyanyi pansori berjudul The Singer yang dibintangi oleh Lee Bong Geun sebagai penyanyi pansori, ada juga Lee Yoo Ri, Kim Ha Yun, Park Chul Min, Kim Dong Wan dan Kim Min Joon.
Kisahnya juga terjadi di jaman Joseon, sekitar tahun 1734 masa pemerintahan raja Yeong Jo. Hak Gyu, seorang penyanyi pansori yang berkelana ke seluruh negeri untuk mencari istrinya yang diculik, Gan Nan. Perasaan hatinya yang menderita karena istrinya diculik oleh gangsters dan anaknya yang menjadi buta setelah kejadian itu dia nyanyikan secara improvisasi.
Lama-kelamaan semakin banyak yang mengetahui kisah hidupnya, lagunya yang membuat banyak pendengarnya menangis yang dia bawakan berkeliling negeri ini menjadi suara yang mengubah dunia.
Pansori sebagai Warisan Budaya Nasional
Menurut wikipedia, di tahun 1964 untuk menjaga agar pansori tidak hilang oleh arus modernisasi, pemerintah Korea Selatan menetapkan pansori sebagai sebuah warisan budaya nasional (National Intangible Cultural Property). Lalu pada 7 November 2003 pansori didaftarkan sebagai UNESCO Masterpiece of the Oral and Intagible Heritage of Humanity of Korea. Setelah itu di tahun 2011, Pansori yang dipraktikkan oleh etnis Korea di China juga dinominasikan sebagai UNESCO’s intangible cultural heritage oleh Yanbian Korean Autonomous Prefecture dan Tieling.
Dari film The Singer (2020) dan The Sound of A Flower (2015), industri perfilman Korea berusaha mengenalkan pansori sebagai salah satu kebudayaan Korea kepada dunia internasional. Untuk kamu yang ingin menonton 2 film tersebut dan berada di Indonesia, bisa mencari film Sound of A Flower di layanan steraming Vidio, sedangkan untuk film The Singer, sayangnya saya belum menemukan bisa ditonton di mana.
Saya sendiri belum menonton 2 film Korea yang mengangkat pansori tersebut. Tapi dari melihat cuplikan trailer dan berbagai artikel yang mengulas tentang pansori, rasanya kalau ke Korea, wajib banget deh melihat pertunjukan pansori. Apalagi kalau sudah mengerti bahasa Korea, pastilah lebih bisa menghayati bagaimana cerita yang dinyanyikan tersebut.
Sebenernya beberapa waktu lalu, KCC Canada melalukan kelas zoom untuk belajar pansori, sayangnya perbedaan zona waktu sungguh tidak memungkinkan untu mengikuti, walaupun saya rasa suara saya tidak akan cukup buat jadi penyanyi pansori.
Adaptasi Pansori Masa Kini
Kalau melihat beberapa contoh yang ada di internet, pansori ini sendiri sudah diadaptasi dengan dinyanyikan beberapa penyanyi dan bahkan sudah menggunakan alat musik modern oleh sebuah kelompok musik terkini. Seperti yang dilakukan Team IYAGI
Pansori merupakan suara yang khas dari Korea, walaupun diiringi beberapa alat musik, cara bernyanyinya tentu tidak bisa berubah. Buat yang tidak mengerti, mungkin saja kesannya mereka sekedar berteriak, tapi mungkin sama saja kalau kamu nonton wayang tanpa mengerti ceritanya tentu berbeda dengan orang yang mengerti ceritanya.
Kira-kira, apa ya budaya Indonesia yang mirip dengan pansori ini?

Blogger, Wife, Mom of 2 boys, Homeschooler, Crafter.
Nonton drakor (terutama romcom) untuk hiburan dan mencari ide untuk dituliskan.
Catatan belajar dan hobi tentang menulis, blog, Canva dan Kinemaster bisa dibaca di https://risna.info
Tinggalkan Balasan