Hembuskan hidupmu ke dalamnya
(Prof.Min Jung Hak)
Penulis berjumpa kembali dengan Lee Young Ae (pemeran Dae Jang Geum) setelah 18 tahun tidak pernah nonton drama Korea, dahulu kala nonton lewat televisi bareng keluarga besar judulnya sangat populer Jewel In The Palace dan masa kini saat isolasi mandiri salah satu cara mengisi waktu adalah menonton cukup dengan gawai di tangan, drakor dengan judul ringkas Saimdang.
Saimdang adalah drama Korea yang konon agak kurang populer (mungkin terlalu panjang) berdasar bincang – bincang sesama sahabat di grup whats app drakor class, yaitu Saimdang Light’s Diary (judul lain Saimdang Memoir of Colora) disamping relative jadul (2017) ada dua sisi yang musti Kita cerna oleh para penonton, Lee Young Ae berperan sebagai Saimdang ia juga berperan sebagai Seo Ji Yoon, sehingga kedua peran yang dibawakan oleh Lee Young Ae di alam nyata sebagai Seo Ji Yoon dan Saimdang di sisi lain terkesan fiksi, sedikit butuh ketrampilan analisa.
Pokoknya jangan dibawa baper !
Drama ini populer juga disebut Sageuk – yaitu drama atau serial televisi yang berlatar sejarah.
Tentang Tokoh Saimdang
Sesungguhnya dalam kehidupan nyata masyarakat Korea, Saimdang ini termasuk salah satu perempuan kebanggaan rakyat negeri gingseng sehingga gambarnya menjadi mata uang di wilayah tsb., dapat Kita temukan dalam drakor tersebut pada episode awal silahkan dicari atau ditelusuri saja uangnya ditampilkan secara halus dan sangat elegan !

Uang tersebut muncul dalam episode awal sebagai uang kertas bergambar Saimdang (50.000 won Korea).
Keseluruhan drakor Saimdang ada 30 episode dengan flash back demi flash back dari masa kini ke masa lalu demikian hendaknya para pemirsa tabah !
Setabah bangsa Indonesia menonton Dae Jang Geum sebanyak 56 episode . . . pada tahun 2003.
Penulis merasakan bahwa mulai episode 20 – 27 kisahnya speed sehingga sebagai penonton ingin agar segera menuntaskan sampai tamat, sesungguhnya drakor Saimdang bukan tontonan biasa – biasa saja.
Adegan kiss and kiss sepertinya hanya satu ataukah dua kali diantaranya saat Saimdang muda (Paek Hye Soo) kegirangan diberi hadiah pena berharga oleh kekasihnya bernama Lee Gyeom muda (Yang Se Jong) dan pena tersebut dikatogerikan benda antik juga langka dari jaman dinasti Ming (1415).
Adapun tampilan bertaburannya kiss yang cukup kental dalam drakor diantaranya yang sempat penulis tonton “Love In The Moonlight” dibintangi Park Bo Gum, sageuk juga akan tetapi sepertinya nilai sejarahnya hanya 25 % saja, mungkin ya.
Keumkangsando Ahnkyun
Drakor Shin Saimdang pada awalnya memang mengisahkan seorang dosen cerdas dalam dimensi riel, ia adalah calon Professor yang bernama Seo Ji Yoon, dan juga disamping itu Ji Yoon sebagai asisten dosen Prof. Min Jung Hak (Choi Jong Hwan) yang sangat ambisius.
Selain sebagai asisten. Ji Yoon adalah spesialisasi Sejarah Seni Korea, yang kemudian menjadi bulan – bulanan Prof. Min Jung Hak karena perbedaan pendapat tentang originalitas lukisan Geumkangsando.
Adapun berdasar penelusuran Penulis by Wikipedia Geumkangsando – dikenal juga sebagai Gunung Berlian dengan Puncak Birobong yang sangat fenomenal, Geumkangsando juga adalah pegunungan Kumgang dengan puncak Birobong ini tingginya 1638 meter ( 5.374 kaki ) di Kangwon-do Korea Utara., jaraknya sekitar 50 kilometer 31 mil dari Korea Selatan.
Selama tiga puluh episode gunung Geumkangsando menjadi pusat pembicaraan dan pembahasan yang cukup memikat, baik dari aspek kecantikan gunungnya, kecantikan goresan – goresan kuas Ahnkyun termasuk warnanya yang dramatic juga kejadian – kejadian yang banyak menghiasi dalam Saimdang.
Di kehidupan realitasnya Ji Yoon pada akhirnya menjadi musuh yang sangat dilaknat oleh Prof. Min, karena di luar sadar sang asisten ini telah mengganggu dan mengancam kedudukan kariernya terkait dengan lukisan yang akan dipamerkan diduga palsu.
Sesungguhnya ketidak originalan lukisan Geumkangsando itu sudah diungkapkan Ji Yoon pada suaminya Jung Min Seok (Lee Hae Young) sebelum dia melarikan diri karena ulah sindikat di kantornya bekerja, jika menonton hingga tuntas pada akhirnya Kita akan faham bahwa perusahan suami Ji Yoon terkait signifikan dengan lembaga kampus tempat istrinya bekerja.
Ji Yoon sesungguhnya sempat mengungkapkan pada suaminya saat mereka berada di rumah yang bakal disita beberapa hari kemudian . . .
“Karya seni yang satu ini mendatangiku. . .
Geumkangsando Ahkyun,
Prof. Min menyatakan bahwa itu potongan asli.
Dari galeri grup Sunjin akan mengambilnya.
Aku tidak yakin cara si seniman menggunakan kuas dan tone dari lukisannya terasa hampa.
Aku juga meragukan bahan suteranya seharusnya berkelas dan berani tapi terasa sedikit . . . ”
Kata suaminya . . .
“Jadi Kau akan mengajukan keberatan ? melawan Prof. mu ?”
“Jangan mengacau… ! Kecuali jika Kau berencana melempar batu pada Goliath”
Kegaduhan tentang originalitas lukisan tersebut disebabkan gegara ada salah seorang mahasiswa bernama Han Sang Hyun (Yang Se Jong) yang meragukan originalitas lukisan Geumkangsando saat Prof. Min Jung Hak presentasi dan dugaan sang mahasiswa kesannya diperkuat oleh jawaban Ji Yoon, sang asisten !
Meskipun saat presentasi Ji Yoon memaparkan secara diplomatis bahwa lukisan tersebut tidak bisa dipungkiri membanggakan karena Prof. Min Jung Hak mendalaminya hampir selama 30 tahun.
Usai presentasi inilah awal mula Seo Ji Yoon diperlakukan sangat menyedihkan dimulai sang asisten diusir dari hotelnya saat mengikuti seminar di Bologna (Italia), dan puncaknya dipecat pula dari kampus dengan secara hina dina bertepatan suami Ji Yoon terkena rentetan kasus di tempat pekerjaannya.
Dipuncak berbagai masalah yang dihadapi suami istri muda terkait karir dan tugas mereka dimasing – masing lembaganya hal yang cukup ajaib ketika dia keluar hotel dalam keadaan bimbang serta putus asa, Seo Ji Yoon berusaha mencari penginapan ditengah keputus asaan dan kebingungan, ia berjalan menyeret dua kopernya.
Karena putus asa dan bingung itulah ia terlunta – lunta di salah satu jalan yang ada di Bologna dengan menggeret koper jumbo miliknya, ketika merasa sangat letih sang dosen muda ini berhenti kemudian membuka bawaannya ternyata di salah satu koper banyak buku Prof. Min Jung Hak sepertinya untuk cinderamata yang akhirnya dia buang semua dengan sumpah serapah penuh keputusasaan.
Seperti apa kekilleran dosen pembimbing Seo Ji Yoon ? terbayang jadi mahasiswa atau mahasiswi jaman dulu dosen killer itu seakan setengah dewa.
Maka secara strata social kehidupan kampus Prof. Min Jung Hak dia sangat populer dan terpandang selain sebagai Kepala Departemen Seni dan Kemanusiaan, ia juga menjabat Kepala Penelitian Ahnkyun. Maka ia berjanji akan menghancurkan Ji Yoon berdarah – darah saat asistennya minta maaf ketika pulang dari Italia.
Sebagian kisahnya ikuti dan lanjutkan.
Siesta D’Luna Indah Dan Mistis
Merambah satu demi satu episode Saimdang intinya sangat menarik . . . .
Jalan – jalan di Italia jelang tengah malam yang tentu saja temaram dengan penggambaran masyarakat yang cukup santun, gang – gang lebar kesannya damai, walau itu gambaran sekitar sebelum 2015 atau bahkan mungkin 2000 –an !
Menggerek satu koper yang sudah terseleksi dan satu ransel di tengah jalan Seo Ji Yoon ditabrak sepeda sehingga dia jatuh beserta koper bawaannya. Menabrak penjual buku – buku tua juga usang, Ji Yoon berusaha memohon maaf serta memberikan uang pengganti, pada awalnya penjaga lapak buku menolak uang pemberian Ji Yoon akan tetapi kemudian menerima dengan berat.
Sang pemilik lapak buku merasa sangat iba dan kasian kepada Ji Yoon akhirnyapun ia memberikan tiga buku, salah satunya buku kuno tentang lukisan Geumkangsando.
Buku tersebut baru menarik perhatian Ji Yoon saat dia dalam puncak keputus asaan karena mendapat khabar dari suami bahwa rumah mereka disita. Berteriak histeris dan melempar handphone yang baru saja digunakan berkomunikasi dengan suaminya, saat ia menunduk bingung terlihat dengan penasaran dan takjub buku kuno dengan tulisan – tulisan China yang kemudian berusaha dia eja dengan terbata – bata.
Pada akhirnya buku kuno catatan harian Saimdang ini sangat menarik perhatian Ji Yoon sehingga melupakan sejenak derita yang tengah dia hadapi.
Berdasar catatan yang ada dibuku harian Saimdang bermula dari Tuscany Italia (1551), Ji Yoon melupakan berbagai himpitan derita dan ia fokus pada buku harian Saimdang tersebut.
Ji Yoon berusaha dan berjuang mencari alamat yang ada di buku harian Saimdang, di rumah yang dituju inilah dimulai penjelajahan dunia masa lalu yang sangat menarik diikuti.
Jika menonton hingga 30 episode yang teramat panjang, kesannya bagi penulis bahwa Seo Ji Yoon itu semacam indigo bisa menembus masa lalu dan ini terjadi berulang kali hingga puncak episode akhir.
Memang yang menjadi fokus bahasan itu sangat terkait erat tentang Lukisan Keumkangsando Ahnkyun yang berusia diduga hingga 500 tahunan, tentu saja drakor ini menjadi yakin bergenre sejarah, roman Saimdang dan Lee Gyeom juga budaya bangsa yang adiluhung.

Keadiluhungannya terkait budaya masyarakat kerajaan baik cara berfikir kritis tentang alam, kehidupan juga perdagangan termasuk hukum dan relasi antar Negara.
Rupanya pada masa itu Lee Gyeom sudah merantau hingga Italia disamping agar terhindar dari pembunuhan yang sudah dirancang oleh raja joseon pada masa itu, secara tidak langsung pejabat – pejabat masa itu sudah mengekspor kertas terkenal Goryeo salah satunya ke Italia, ada relasi seni lukis juga yang sangat memikat.
Penutup
Penulis merasa sangat terhibur menikmati alur kisah yang mundur dan maju, walaupun pada awalnya hingga episode 7 masih terasa cukup berat dan berusaha berfikir merangkai satu kissah demi satu kisah dirangkai dengan seksama.
Shin Saimdang merangkai kisah fakta dan fiksi salah seorang perempuan Korea pada abad 16. dengan nilai – nilai konfucuisme yang diusung dan diungkap secara tanpa basa – basi oleh putera Shin Saimdang yang paling cerdas.
Penulis yakin alam Indonesia lebih indah dan beragam, tinggal aspek promosi yang strategis plus penting dikemas memikat sememikat gunung Geumkangsando yang jadi kicauan tiada henti pada drakor Shin Saimdang.
Sutradara : Yoong Sang Ho
Naskahnya ditulis oleh : Park Eun Ryung Adapun yang menaungi K – drama ini ialah Group8
Bunda Intan, bukan penonton drakor, tapi penggiat literasi.
Tinggalkan Balasan